Minggu, 26 Januari 2014

“Masa Muda adalah Masa yang Berapi-Api”

1/26/2014 09:01:00 AM

“Ingatlah bahwa dirimu adalah pemuda. Masa depanmu adalah tanggung jawabmu. Kesuksesan itu dimulai dari tanganmu”

Saya teringat, dengan qoute Bang Haji Roma Irama yang menjadi andalan Arai kutip semasa SMA dari novel "sang Pemimpi"nya Andrea Hirata. Sebenarnya saya kurang respect dengan Bang Roma, tapi percikan kata-kata itu cukup giat menginspirasi saya, “Masa muda adalah masa yang berapi-api”. 

See? Haha. Adakah sesuatu yang lucu?
Sejujurnya saya agak geli, karena berdasarkan memori saya, ketika saya menyadarkan maknanya kepada teman saya sewaktu kami di bangku SMA, entah mengapa selalu berhasil mengundang tawa. Entah mungkin karena bermula dari gayanya Bang  Rona yang sering di leluconkan teman saya, atau memang karena saya juga menggangap keduanya sebagai lelucon. (Hah:/) Apakah kalian juga menggangapnya lelucon?
Hal tersebut bisa saja terjadi, (oleh karena apresiasi saya ini merupakan kenangan memori lama) bukan perkara hina jika seseorang akan terinspirasi dari pengalaman orang lain, bahkan hal tersebut merupakan bentukan anugerah yang tak terkira adanya. Coba bayangkan jika kamu tidak memiliki inspirasi dan berlaku sombong, seakan dirimu merasa melakukannya sendirian saja, tanpa campur tangan Sang Penguasa Alam (read-ALLAH) tanpa campur tangan orang lain yang senantiasa justru sedang membantu dirimu untuk memiliki kemampuan yang kamu inginkan. Well, mungkin itu bisa termasuk sebagai instropeksi diri dan saya tidak akan membahasnya disini.
Back to head, lelucon atau tidak, mungkin bagian dari kesadaran saja. Pada saat itu, saya memang mengganggap hal itu sebagai lelucon sesama teman sepermainan. Justru, hal itu karena kesadaran saya memang masih dalam tahap permainan sebagai anak bawang, yang ikut serta tapi tidak memiliki perhitungan bahkan tidak diperhitungkan. Sekedar ingatan, karena saya masih berpikir bahwa saya adalah anak muda yang bisa ini itu sesuka saya, egoismesentris, pesimistis, melanklonis berlebihis (asli, istilah –is yang terakhir sangat maksa, jangan hiraukan).
 Saat itu kesadaran memang belum tersentuh dalam hati saya, bak terhijabi dengan gemerlap kelalaian,  kemalasan dan penundaan. Seolah-olah saya berkeinginnan seperti contoh super-superan yang menginspirasi, masih sekedar ingin, belum menunjukkan usaha, aksi nyata, usahanya gitu `-_-‘
Hm,..Waktu terasa sangat bermakna, ketika kesadaran baru telah membuka tabir peraduan, terkuak kesempatan yang menjemput diri untuk menjadi bagian dari yang bermakna. Sudah waktunya menjelasakan segala yang tersimpan. Bukan lagi tentang diri yang berhijab ketidaksadaran, tapi tentang diri yang berkobar dengan peluh dan kesadaran yang membara. Siap untuk menjajal keberhasilan dengan penuh kesadaran.
“Sungguh, kebermaknaan kesadaran dan waktu yang telah mampu mengajarkan saya untuk percaya. Percaya kepada Sang Pencipta. Percaya kepada Impian, dan percaya kepada usaha”. Saya tak perlu merasa terlambat, tak perlu lagi merasa malu. Kinilah saatnya. Inilah waktu saya. Kemudian dihari berikutnya juga adalah waktu saya. Saya harus selalu mengambil kesempatan itu. Jika ingin memiliki harapan, jika ingin memiliki waktu, jika ingin memiliki impian. Saya akan ciptakan kesempatan. Saya akan ciptakan koneksi dengan jalan yang tepat. Kemudian saya juga akan lakukan usaha nyata sebagai konsekuensinya. Bukankah itu jalan menuju keinginan sebagai sang muda? 
"Kamu adalah pemuda, agent of change!"
Jadi kamu harus percaya, jiwa muda hanya bisa ditempa dengan semangat yang berkobar, bak api-api yang membakar seluruh kemalasan yang tak sadar terciptakan. Kamu jangan khawatir, tak perlu minder dengan keterbatasan, justru hal itu yang akan menjadi bahan bakar mu.
Kamu setuju kan?
Setuju kan? ... Jiwa muda adalah kamu yang memiliki tekad semangat. Jiwa muda adalah kamu yang memiliki aksi nyata. Jiwa muda adalah kamu yang mengambil  peran dalam tekad dan aksi nyata.
Ya kita adalah Sang muda!
Pemuda tunas peradaban!




26012014 
Salam Santun penuh semangat, wasalam..

Rabu, 01 Januari 2014

PROPOSAL HIDUP

1/01/2014 03:02:00 AM
Bismillahirrohmanirrohim,.

“SEMANGAT BERPROSES!!
Strategi Masa Transisi Kehidupan Setelah Hijrah”

”hai orang-orang yang BERIMAN, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri MEMPERHATIKAN apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18)

Dalam hadits Qudsi, Abu Hurairah berkata, bersabda Rosulullah saw: “Allah telah berfirman: Aku selalu mengikuti PERSANGKAAN hamba-KU, dan Aku selalu MENYERTAI dia, dimana ia ingat kepada-KU... (HR. Bukhari & Muslim).


Inilah, proposal hidup Sri Rahmadani Harahap untuk menjalani masa kehidupan di 21 tahunnya. Dalam kesempatan yang dikaruniakan Allah Sang Maha Raja nan Bijaksana. Berjejak fenomena dari jejak proses yang saya alami selama rentang umur 20 tahun yang lalu. Bergegas saya teramat ingin menyusun banyak rencana yang akan saya lakukan dalam kesempatan umur 21 tahun.
Proposal ini saya selesaikan dalam perenungan ilmu yang saya dapatkan dari buku Proposal Kehidupan karya Kek Jamil Azzaini yang saya kenal di Twitterland. Saya Sangat beruntung mendapatkan begitu banyak ilmu yang melecutkan esensi hidup selama 20 tahun umur saya sebelumnya. Masa-masa dimana jiwa dan hati saya bergejolak layaknya ombak yang menerjang bilah pantai yang tenang. Dengan serangkaian hikmah yang saya dapatkan dari Kuasa Ilahi Rabbi, yang dengan KemurahanNya memberi saya kesempatan untuk merubah jalan kehidupan yang pernah saya lakukan di masa yang lalu. Sampai saya memutuskan untuk meninggalkan segala jejak-jejak yang tidak lagi memberi kedamaian bagi diri saya sendiri. Saya memang kecewa, bahkan lebih malangnya saya merasa dikecewakan oleh diri saya sendiri. Karena saya begitu ceroboh menjalani proses di masa lalu  saya dengan semena-mena, tanpa pedoman dan aturan yang  sudah saya miliki sejak kecil. Bahwa saya sangat kecewa pernah menjadi pemberontak dalam keharmonisan yang bisa saya dapatkan. Bahwa saya sangat bodoh karena terpengaruh dengan gejolak emosi untuk meruntuhkan pertahanan idealis saya. Bahwa saya menjadi begitu skeptis dengan aturan yang saya anggap sebagai belenggu. Astagfirullah.
Semua yang telah terjadi menjadi pengalaman hidup. Sebagai alasan nantinya bahwa saya pernah mengalami kesalahan dalam memilih jalan yang terbaik. Namun setelah ini, saya tidak rela kesalahan itu terjadi lagi di waktu yang mendatang. Saat memasuki umur 21 tahun ini, saya merasa sudah memiliki tanggung jawab sepenuhnya, berusaha untuk berpikir lebih terutama terhadap diri saya sendiri kemudian keluarga saya dan orang-orang yang ada disekitar saya. Tak lain saya bermaksud untuk mempertanyakan kegunaan saya sebagai individu yang diciptakan dan di hadirkan Allah di alam dunia. Setidak-tidaknya saya pasti telah dianugrahi misi yang harus saya lakukan dan selesaikan sebelum kehidupan saya dihisab Allah di Pengadilan Akhirat kelak.
Sampai saat ini dan seterusnya, saya akan merekam jejak-jejak langkah saya dalam menapaki masa-masa regenerasi dalam diri. Saya berencana merubah banyak esensis negatif saya yang sebelumnya. Saya akan merancang mimpi-mimpi asyik dan hebat yang akan saya lakukan. Saya akan mewujudkan impian itu menjadi kenyataan. Dan saya berjanji hanya akan berpasrah pada Allah saja, tidak hanya untuk hasil yang sesuai namun juga untuk kegagalan yang mungkin juga akan menyertai rencana-rencana saya. InsyaALLAH.
Sungguh kata berubah merupakan tantangan yang absurd jika tidak dilakukan dengan cara-cara yang baru, kan?. Maka dengan itu saya sudah terlebih dahulu memilah dan memahami jalan yang saya jadikan sebagai cara saya untuk berubah. Setelah serangkaian hikmah dalam pergulatan batin dan pikiran saya. Maka saya memilih jalan Allah sebagai satu-satunya pedoman. Memasukkan diri kedalam celupan-celupan iman yang dapat menenteramkan diri. 
Saat saya memilih jalan itu, saya tak lain seperti seorang anak yang ingin pulang ke rumah lama. Setalah tak seberapa jauh telah melakukan “perjalanan mundur” dalam keadaan -yang seperti - telah melupakan “rumah”. Di masa-masa lalu itu, saya merasa terlalu rajin melakukan dosa dan kelalaian, bak menumpuk tabungan maksiat dalam diri. Alangkah malang.
Sampai Allah memanggil saya kembali....
Saya sangat yakin bahwa kesempatan berubah itu selalu tersedia. Kesempatan tidak akan pernah hilang dari orang-orang yang masih percaya bahwa harapan itu selalu ada. 
Demi pembelajaran diri, segala proses dari kesempatan untuk kembali itu menjadi lebih berhaga setelah timbulnya kesadaran pada kebenaran yang hakiki. Bahwa dalam hal ini saya hanya ingin berfokus pada perasaan lebih beruntung dengan karunia yang diberikan Allah. Dengan KemahaKuasaanNya memberikan saya kesempatan dalam bentukan hidayah yang sangat berharga. Sehingga saya tidak perlu lagi memusingkan dengan keraguan diri dan keraguan orang-orang terhadap diri saya. Karena saya meyakini bahwa yang saya harapkan HANYALAH RIDHO ALLAH.
Sebagai konsekuensi proses hijrah yang saya lakukan, sesungguhnya hal ini menjadikan banyak letupan-letupan semangat tentang impian-impian hidup yang ingin saya gagas menjadi langkah-langkah kehidupan saya, tentu saja dengan cara memohon keridhoan dari ALLAh Subhanallahuwataala sebagai bentuk kelemahan saya untuk menentukan pilihan yang terbaik. Saya telah berazzam menyusun master plan dalam bentuk daftar rencana yang saya impikan sebagai jalan kehidupan saya. Dengan catatan bahwa yang saya rencakan itu hanyalah bentuk rayuan kepada Sang Maha Kuasa tentang impian diri saya yang masih teramat doif. Saya sangat berkeinginan untuk melangkah dan bergerak, beraksi untuk satu perubahan yang akan mengantarkan kebermaknaan hidup yang lebih baik, meski nanti kenyataannya rencana Allah yang menjadi PILIHAN TERBAIK dan paling pantas untuk diri saya. Semoga bentukan rencana saya bisa menjadi modal usaha yang saya lakukan. Semoga dengan bentukan rencana inilah dapat mengukur kurva ikhtiar saya kelak jika melakukan evaluasi dan perbaikan di setiap limit waktu saat jatah umur saya akan berkurang di dunia ini. Dengan arti bahwa setiap kalkulasi umur saya bertambah saya harus melakukan revisi pada hal-hal yang tidak berjalan dan tidak mendukung perubahan saya. 
"Sejatinya kata pepatah, mereka yang beruntung adalah mereka yang berhasil melakukan hal-hal yang lebih baik dari hari kemarin."

Semoga dengan pengantar proposal kehidupan ini dapat menjaga kesatabilan semangat saya pada ikhtiar, sehingga impian dan kenyataan saya kelak akan berjalan harmonis dengan kodrat dan kuasa Allah Subhanallahuwataala yang telah menjadi jalan kehidupan saya. Allahumma Amiin.