Kamis, 09 Agustus 2018

Pengantar Sebuah Seni untuk Bersikap Masa Bodoh

8/09/2018 08:23:00 PM 7 Comments
Bagian ini merupakaan ringkas pengalamanku seusai membaca buku dengan judul entri blog ini.

Kebanyakan orang membayangkan, dan (katakanlah) akan menduga-duga mental masa bodoh ini sebagai sikap yang keterlaluan.

Terlalu songgong, hingga tidak terpengaruh apa pun. Terlalu tenang, hingga mampu melewati semua badai masalah. Terlalu galak, sehingga tidak ada yang tahan berteman dengannya. Terlalu ramaaaaah, sehingga banyak orang yang salah paham. dan yang paling agak wow: terlalu lama jomlo dan pemilih, sehingga belum juga ... .. .(woii oiii)

Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku memilih buku ini pada deretan buku "self improvement" -yang kalau ga salah sederetan dengan aneka buku motivasiisme,- yang sungguh-sungguh aku sadari, sudah lama meninggalkan jenis bacaan sejenis. Sederhananya kalau dicerna-cerna isinya tok omong kosong doang, eh iya memang pernah susah, terus lanjut deh membangga-banggakan keberhasilan melulu, mendikte tips dan trik berkehidupan yang baik dan benar, bak tuntunan pola makan 4 sehat 5 sempurna.
(ADUH iya, skeptis dan culas banget aku nulisnya?)

hahaha santai :)
uwuwuwuw~~
dan lagi pula, kupikir dewasa kini, standar dan kualitas 4 sehat dan 5 sempurna seseorang sudah mengalami peyorasi sedemikian rupa, ya gitu, yang ideal adalah disesuaikan dengan kebutuhan pengalaman orangnya masing-masing.

Semasih ada 'pedoman', ya dikaji dan dipelajari.
Semusim jika ada trend, ya dikaji dan dipelajari.
dan jadilah ini sebagai persoalan tentang berusaha untuk tetap belajar. 
Gitu.

Kuingin ngebahas isi buku yang sangat kunikmati membacanya ini dengan sungguh-sungguh loh,. Sekalinya buku ini kubaca dengan ritme yang sering sengaja kuulang dan perlama untuk direnung-renungkan.

Secara, kejutan awal buku ini tertulis semacam anjuran "jangan berusaha!"

(hoi) tidak mendadak kuteringat reka-reka ulang bahas obrolan dengan para alien yang ujungnya berkesimpulan bilang, "udah qo gosah banyak mikir, lagak idupmu penuh drama, kayak drakor. (woi) udah ada persiapan untuk bekal kematian?!"

ya kali Mbak~ perbanyak istigfar ah. idup juga perlu tetap seimbang.

Pernah dengar tentang istilah 'Lingkaran Setan'?
ibaratnya lelucon tentang kepolosan kucing yang mengejar-ngejar ekornya sendiri, yang begitu lucu menggemaskan. (YHA, lucu dan menggemaskan ya)

Nah, istilah itu juga menjadi pembahasan buah dari pengalaman hidup banyak orang. Konon, prihal istilah itu berasal dari keanehan mental dalam pengolahan sistem otak yang kita alami sendiri.

semacam mudah panik? semacam selalu gampangan marah? semacam penuh curiga? semacam tidak ada seorang pun yang bisa diandalkan? semacam sangat amat teramat kesepian karena tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol.
(woii) hmmm. Coba tarik lebih dalam, bernafaslah dengan tenang. Tahan. Dan cobalah sayangi diri sendiri.

(aku juga begitu begitu hahahah) 

Pernah merasa sangat bersalah? merasa kalah? merasa tidak berguna? merasa menyedihkan?
(woii) TAHAN. cobalah sayangi diri sendiri. Dan bacalah buku ini sebagai penghibur sudut pandang.

Peringatanku adalah ini jenis bacaan yang ga akan berikan sensasi puk-pukin pundakmu. Gak akan ada dalih, "udah, sabar ya" dan justru, bakalan mencagili halusnya perasaanmu dan nepok jidatmu sekuat kesadaran yang muncul dari dirimu sendiri. Gitulah.

Ada beberapa hasil eksperimen yang ditawarkan Mark Manson, yang kini merupakan seorang blogger ternama asal New York. Diantaranya prihal solusi untuk menyelamatkan dunia dengan cuma bersikap masa bodoh.

Dengan tidak ambil pusing ketika merasa buruk, berarti kita mencoba memutus lingkaran setan yang ada dalam kehidupan ini. Gitu.

"saya merasa sangat buruk, tapi terus kenapa! masalah samamu?
"saya jerawatan? heh terus kenapa! peduli banget yaa?
"kamu merasa lelah. Yodah, diam. isntirahat!

sesederhana itu.
(dan itulah ciri pencapaian yang ingin kuterapkan)

dan banyak hal dari ini aku setuju: secara garis besar, proses berpikir dan pengalaman dan eksperimen mas Manson ini menurutku setipe denganku. Aku sebagai Sri Rahmadani Harahap. 

dan, sekedar saja aku mulai tidak percaya dengan gaung #qoutemulia: bahagia itu sederhana.

agaknya itu semacam wabah penyakit. Sejalan dengan petuah Alber Camus dalam nulikan buku ini; "Anda tidak akan pernah bahagia jika terus mencari apa yang terkandung di dalam kehidupan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan"

ya ya ya
bahagia ya BAHAGIA aja.
Sederhana itu proses atau caranya aja, yakan?
sedih? ya udahlah SEDIH pun disederhanakan juga 

Memang adakalanya momen-momen masa bodoh ini merupakan kesempatan yang menentukan dalam proses berkehidupan. Terkadang mencoba arah berpikir selo yang reaktif gitu juga menyenangkan dan gampang melegakan.

Ibarat kata kawan awak yang agak tua tapi nyeleneh pernah bilang, "menang bertahan, kalah silahkan cari jalan. Terus aja berjuang sampai lupa bagaimana caranya bertahan."

HMMM. IYA.
tapi kok ya lucu ya? idup kayok menmaen aja maz? gitu mulu gak ada perencanaan: apa sanggup?
Ngeri juga adek mikirinya. Haha.

Jangan tinggi-tinggi ah, selama di bumi masih ada hukum gravitasi.

Ternyata konsep self improvement  yang dimaksud dalam buku ini adalah tentang memproritaskan nilai-nilai yang lebih baik, memilih hal-hal yang lebih biak untuk dipedulikan. karena ketika kita terlalu peduli pada hal-hal yang lebih baik, kita akan terjebak mendapat masalah yang baik. dan ketika kita mendapat maasalah yang lebih baik, kita akan menjalanai kehidupan yang lebih baik pula.

Suka atau tidak, kita selalu berperan aktif dalam apa yang sedang terjadi terhadap diri kita. Wajar dong, kita selalu menafsirkan makna dari setiap peristiwa dan kejadian, kita selalu memilih nilai-nilai yang kita hidupi dan ukuran yang kita gunakan untuk menilai setiap hal baru yang terjadi pada kita. Dan sering pula peristiwa yang sama bisa menjadi baik atau buruk, bergantung pada ukuran yang kita pilih. (yang kita pilih).

Intinya adalah, kita selalu (mencoba) menjatuhkan pilihan, entah kita sadari atau tidak. Itu selalu.

Kembali pada kenyataan bahwa tidak ada yang namanya tidak peduli. Tidak pernah mungkin. Kita semua pasti memedulikan sesuatu. Tidak peduli tetang apa pun tetap saja sebuah bentuk kepedulian tentang sesuatu.

Pertanyaan yang seungguhnya adalah kita memilih untuk memedulikan apa? (nah). Nilai apa yang kita pilih sebagai dasar dari ketidakan kita? ukuran apa yang kita pilih untuk kita gunakan sebagai pengukuran kehidupan kita? dan apakah itu pilihan yang baik - Apakah nilai dan ukuran baiknya?-

Begitu menggemaskan ya? untuk direnungkan. Ya untuk dibahas dan dikombur-komburkan juga.

iya?
Kalau ada yang setuju bersenang-senang, yok ngobrol~
kayaknya juga sedap kalau sambil nyeruput espresso.

apakah kopi itu pait atau asam?
hmmmm hmm hmm~~