Rabu, 30 Januari 2019

Seni Mencintai dari Erich Fromm

Entri ini agaknya berurusan dengan psikoanalisis dan sesungguhnya tidak ada panduan motivasional dalam urusan cinta-cintaan. Tulisan ini adalah bagian terpenting yang coba kuringkas dari buku Seni Mencitai dari Erich Fromm; sebagai pertanggungjawaban setelah harus direkomendasikan baca buku ini. Setali dua helai karena juga hendak dicelupi 'tugas editan dari tetangga sebelah'.

Percayakah kalau ice sweet tea dan teh manis dingin itu punya prioritas berbeda. Seperti adanya tentang segala hal yang akan berbeda hasilnya, jika penyajian dan olahannya disertakan ilmu yang tepat.

Bacaan tunda prihal tentang seni mencinta ini dalam beberapa penjelasannya membantu pencerahan emosionalku dalam mencari fakta logis tentang teori cinta. Ada juga beberapa efek peran yang coba dipantulkan dari keterhubungan objek-objek cinta sebagai panduan ketentraman menjalani hidup yang lebih baik ((hidup yang lebih baik)) ((*hidup yang lebih baik gaeeez*))

Jikapun nanti setelah berniat juga membaca buku ini dengan lebih rinci, pastikan ada bagian kejiwaan 'kita' yang mungkin tersinggung. Merenung-renungkan jenis-jenis cinta dalam tingkah pola berkemanusiaan 'kita'.
Jadi nantinya 'kita' bisa sampai pada titik dapat sedikit percaya isi entri ini akan bermanfaat, setidaknya sebagai multivitamin saat-saat tertentu jika (aku atau pun kalian yang baca ini) mungkin melupakan makna kehidupan bercinta-cinta yang fana ini.

Bagaimana menurutmu tentang kondisi cinta yang tidak terdefenisikan?

Seperti kadang kala ada pertanyaan diatas. Perlukah ada pernyataan bahwa logika cinta itu adalah kepentingan mendasar dalam hidup?

Bagaimana defenisi itu perlu dipelajari dan atau seterusnya agar dapat dilindungi dalam jaminan kehidupan hari tua.

HA? masih teruk sakit-sakit karena cinta, bebrapa lebam fisik dan psikis apa akan ditanggung BPJS? hiya hiya~
"Dia yang tidak tahu apa pun, tak mencintai apa pun. Dia yang tak bisa apa pun, tak mengerti apapun. Dia yang tak mengerti apa pun, tak berharga. Namun, dia yang mengerti cinta, memperhatikan, melihat ... semakin besar pengetahuan melekat dalam sesuatu, makin besarlah cinta... Siapa pun yang membayangkan bahwa semua buah matang di saat yang sama seperti stroberi berarti tak tahu apa-apa tentang anggur." _-Paracelcus.
sumber foto dari Pinterest
Sebelumnya ada cakap-cakap dari seseorang yang keliru antara pengalaman tentang cinta (mau jatuh atau bangun) dengan keadaan mencintai itu. Disini seterusnya mari kita coba dipisahkan kondisi semisal artian "falling in love" atau "standing in love".

Sebagai intinya, entri ini kuat urusannya dengan kajian keilmuan psikoanalisis buah pikir dari Erich Fromm, seorang filsuf berkebangsaan Jerman. Dalam panduan penerbit Basa-Basi yang turut serta  memberi klaim buku ini sebagai buku psikologi spektakuler sepanjang masa.

Harapanku setelah entri ini, persfektif 'kita' bisa jadi sefrekuensi tentang perlunya memisahkan pengertian dari 'kondisi cinta' yang dimaksud diawal dan serta objek-objek dari cinta itu. Tapi, sesungguhnya, ini tentang teorinya cinta saja, tentang segala yang terjadi pada perasaanmu, nanti saja ya ceritanya :)

Dalam buku ini, Fromm berperan dan membahas empat bab penjelasan teori tentang cinta.

Pertama: Cinta Adalah Seni

Langkah awalnya, Fromm mencoba memunculkan pertanyaan untuk kesamaan suhu. Tak lain untuk melanjutkan penjabaran (secara rinci) hubungan seni dan cinta. Manusia dan hidup serta kehidupannya.

Kedua: Teori Cinta

Mengenal teori tentang cinta sama artinya untuk menggali lebih dalam teori tentang manusia. Dengan landasan bahwa eksistensi manusia dan alamnya kait-terkait dalam simpul yang sejalan.
Terlebih bahwa segala yang esensial dari eksistensi manusia adalah tentang individu yang telah muncul dari 'kerajaan hewan' yang telah melampaui 'batas nalar tentang dirinya'.

Seperti Yuval N. Harari juga bertutur tentang teori sapiens (jika disederhanakan bisa menyebutkan manusia saja) yang dianungrahi kemampuan kognitif yang unik, seperti nalar. Nalar itu bisa diartikan tentang kesadaran arti diri sendiri dan atau juga kemamampuan melafalkan arti dirinya tersebut; dengan arti bahwa 'kita' memiliki kesadaran atas diri sendiri, atas sesama jenis pikiran, atas sejarah masa lalunya dan kemungkinan-kemungkinan masa depannya.
Nah, singkatnya manusia itu ya berpikir.

Cinta dan Persoalan Eksistensi Manusia

Hasrat bersatu dengan orang lain adalah usaha paling kuat yang bisa dilakukan manusia. Gairah yang paling dasar untuk menjaga umat manusia dari kehancuran adalah cinta. Itulah sebab banyak juga kita dengar kondisi "gagal meraih cinta adalah bibit yang menyebabkan kegilaan atau kehancuran-kehancuran diri dan orang lain. Karena jika tanpa cinta; kemanusiaan sungguh tak mampu bertahan tanpa makna.

Diantara beberapa makna karakter aktif dari cinta, diantaranya menyiratkan elemen-elemen dasar pada semua bentuk cinta, yaitu perhatian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan.

Cinta yang berarti perhatian paling tampak dalam pengalaman bersatunya manusia. Sedangkan perhatian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan, semuanya jadi saling bergantung menjadi ciri-ciri sikap orang dewasa: yaitu orang yang mengembangkan kekuatan produktifnya untuk mendapatkan apa yang diusahakannya.

Fromm menekankan bahwa cinta adalah sikap; suatu orientasi karakter yang menentukan keterkaitan seseorang dengan dunia secara keseluruhan. Keyakinan untuk cinta adalah menemukan obyek yang tepat  untuk menyalurkan hasrat itu dengan sendirinya.

Teori apapun tentang cina harus dimulai dengan teori tentang takaran yang lebih spesifik untuk membedakan bermacam bentuk, seperti

Cinta antara Orang Tua dan Anak

Awal keterakitan seorang ibu dan anaknya, menurut Fromm dimulai sejak seorang bayi dilahirkan dan menyadari keterpisahan dengan ibunya. Kesadaran itu menimbulkan rasa takut atas kenyataan tidak mampu bertahan tanpa hadirnya sang ibu -atau yang diibukan-.

Proses kebutuhan itulah merupaka tahap pertama dalam cinta. atau yang disebukkan sebgai bentuk cinta kekanak-kanankan, cinta yang pasif, yang hanya ingin mencintai jika ia dicintai. Pada kondisi itu, si bayi tidak mampu melakukan apapun untuk dapat cinta dari ibunya; karena cukup menjadi dirinya sendiri yang tidak berdaya. Sedangkan, cinta sang ibu kepada anaknya adalah bentuk cinta yang aktif; ia memberikan cinta, mencintai tanpa harus dicintai, sehingga untuk selanjutnya hal itulah yang menjadi dasar pernyataan umum bahwa cinta ibu adalah cinta yang tidak membutuhkan syarat.

Dengan alasan si ibu 'sadar' akan keberadaan anaknya yang juga merupakan bagian dari keberadaannya dan bagian dari dirinya.

Disamping itu, adapula bentuk cinta Bapak yang menjadi bentuk cinta yang memiliki syarat. Dengan studi contoh; ketika sorang anak beranjak balita atau remaja, ia akan mulai terbiasa memiliki syarat dan keterpisahan dari sang Ibu, hingga kemudian mencari 'pendekatan' cinta yang baru.

Keadaan yang bisa didapatkan si anak sewajarnya bisa dari orang terdekatnya, yaitu ayahnya. Sosok ayah adalah seseorang yang bisa mengajarkan norma kepada si anak. Porsi ayah disini sebagai petunjuk ikatan kasih sayang tentang jalan hidup bersosialisasi.

Bentuk cinta Bapak adalah cinta yang bersyarat. Cinta yang memiliki otoritas atas yang dicintainya dengan prinsip "aku mencintai kamu karena kamu memenuhi harapanku, dan oleh sebab itu kamu harus melakukan tugasmu". Sekali lagi, menurut Fromm sosok ayah biasa memberikan cinta kepada anaknya dengan cara menggurui, memandu si anak untuk melihat dunia dengan sudut pandangnya.

Keterhubungan cinta ibu dan cinta ayah merupakan jalinan kerjasama yang saling mengisi kebutuhan seorang anak. Dengan memberi keseimbangan yang stabil, kebutuhan anak tentang rasa cinta akan tumbuh dengan layak. Sehingga relasi kompak dari seorang Ibu dan Ayah seperti itulah yang akan mencipta kekuatan anak yang mandiri. Bekal kekuatan untuk mampu menjadi pribadi dewasa yang memiliki kecukupan cinta.

Obyek-Obyek Cinta

Jika seseorang mencintai hanya satu orang dan acuh tak acuh dengan sesama yang lain, bisa diartikan itu bukanlah cinta, melaikan kedekatan hubungan timbal balik atau egoisme yang meluas.

Semacam kondisi; ada seseorang menemukan orang lain yang bisa memberikan perluasan perasaan untuknya, serupa apa yang paling diinginkan dari dirinya sendiri. Nah, dari hal itu ternyata dapat diartikan wujud cinta dari seseorang yang menempatkan posisi darinya sebagai yang dicintai adalah bukan cinta; sebab kondisi mencintai itu tak lain adalah dia HANYA mencintai dirinya sendiri.

Pada fitrahnya, seseorang  harus dapat mencintai orang lain diluar dirinya. Harusnya seseorang diajarkan untuk mampu mencintai seluruh alam. Harusnya seseorang selalu mencoba mencintai kehidupan; karena itu akan menjadi defenisi obyek cinta yang ideal.

Menurut Fromm, alasan dari pernyataan cinta dengan obyek egoisme diatas adalah ketidaksiapan untuk menyatakan bahwa cintanya menjadi orientasi yang mengacu pada semua hal dalam kehidupannya.

Cinta Persaudaraan 

Wujud cinta paling fundamental yang mendasari semua jenis cinta adalah cinta persaudaraan. Yang dimaksud Fromm adalah rasa tanggung jawab, kepedulian, respek, pemahaman tentang manusia lain, dan kehendak untuk melestarikan kehidupan.

Jenis cinta semacam ini adalah cinta dengan kesetaraan. Kesetaraan dalam berbalas perasaan dan kebutuhan yang bersinggungan dalam tujuan dan harapan yang sama. Jenis ini menjadi pendekatan bahwa kebutuhan cinta dirasakan dua belah pihak menjadi keutuhan yang sama dan menyamakan keutuhan itu.Contoh hubungan yang berhasil dari wujud cinta ini  adalah hubungan persahabatan.

Cinta Erotis

Merupakan cinta yang mendambakan peleburan total, penyatuan dengan pribadi lain. Cinta erotis sesungguhnya bersifat eksklusid dan tidak universal; wujud cinta yang disebut bentuk cinta paling samar.

Cinta erotis sepenuhnya merupakan ketertarikan individual; secara unik diantara dua pribadi yang spesifik. yang paling mungkin membentuk kerumitan seperti membutuhkan rasa yang sama dan kerap kali juga pemikiran yang sama. Contoh hubungan yang berhasil dari wujud cinta ini adalah hubungan pernikahan.

Cinta Diri

Seseorang tidak bisa mencintai orang lain tanpa terlebih dahulu mencintai diri sendiri dan juga tidak akan bisa mencintai diri sendiri tanpa mencintai orang lain.
Cinta kepada diri sendiri adalah wujud kecintaan kepada umat manusia, karena diri kita sendiri juga merupakan bagian dari umat manusia. Sehingga porsi obyek mencintai diri sendiri sesungguhnya berbeda dengan mementingkan diri sendiri.

Mencintai diri sendiri artinya mencintai orang lain juga.

Cinta Kepada Maha Cinta

Menurut Fromm, obyek cinta ini merupakan cinta kepada Allah, artinya cinta yang tidak hanya dalam pikiran namun lebih daripada tindakan kepada penciptaNya. Jika 'kita' mencintai Allah itu artinya kita juga mencintai segala sesuatu yang berasal dari Allah. Mencintai segala sesuatu dengan tindakan yang benar dan baik, tanpa merugikan dan bertindak buruk terhadap alam, sesama dan makhluk-makhluk lainnya

Ketiga: Cinta dan Kehancuran dalam Masyarakat Modern

Jika cinta adalah kemampuan karakter yang dewasa dan produktif, itu artinya kemampuan mencintai hidup dalam pengaruh budaya dan karakter kebanyakan orang.

Menurut Fromm, kondisi masyarakat modren sekarang memiliki makna penyatuan dan kesetaraan yang berbeda. Penyatuan dimaknai sebagai kesetaraan robotik; kesetaraan sering kali bermakna "kesamaan" bukannya "kesatuan". Sehingga individu hanya diperkenalkan pola menyesuaikan diri pada usia tiga atau empat tahun, untuk setelah itu tidak akan pernah putus hubungan dengan kawaannya.

Individu maupun kolektif pada era ini sangat dipengaruhi oleh sistem kapitalis yang melahirkan cinta semu dan ilusi. Manusia masa kini dengan cintanya dijadikan sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan berdasarkan prinsip kepuasan yang dangkal.

Keempat: Praktik Seni Mencintai

Pada bab terakhir ini, Fromm menjelaskan panduan dari cara-cara seorang seniman melakukan kegiatan seni. Untuk selanjutnya dipraktikkan dalam hubungan cinta, seperti perlu adanya kedisiplinan, konsentrasi, fokus dan proses berpikir secara objektif dan aktif daam mengolah rasa dan kondisi yang bersetujuan.

Dengan praktik sedemikian Fromm bertutur akan ada proses kemajuan yang akan membantu kita dalam mempertahankan cinta yang mendekati kata ideal. Seperti sedia kata kondisi cinta yang menjadikan 'kita' menjadi manusia yang layak untuk perasaan cinta itu.

Seni Mencintai karya Eric Fromm 

8 komentar:

  1. pas banget sama konten di blogku, sebagian besar isinya soal cinta absurd...
    bisa nambah referensi dalam bacaan...

    thanks kak.,,

    btw aku suka quotesnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin buku ini bisa jadi referensi bacaamu yang rada ilmiahan Dik, ya cemana tatapi tetap santuy dan asik kok :D

      Hapus
  2. Membuat kita mengenal macam macam cinta ya. Ternyata cinta juga proses yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Keren sekali bukunya. Hm, jadi buat yang cintanya butuh kejelasan buruan dong dijelasin.. masuk di kriteria cinta yang mana.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak. sewaktu nimbang dan nggalalu kriteria cintanya bisa ini jadikan referensi.
      namun ya gitu, seilmiah apapun, cinta juga soal "rasa" juga yaakan kak heheh

      kk yang lebih pengalaman jelasin tu :D

      Hapus
  3. Lumayan banyak juga ni seni mencintai ala Erich Fromm, mulai dari seninya, teori, eksistensi sampai ke obyeknya dalam ranah kehidupan. Bikin yang suka menggali percintaan semakin mudah lewat buku ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi mudah digali, tapi tak mudah diwujudkan :D

      Hapus
  4. Bagaimana dengan "cinta" Mu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dia baik-baik, apalagi seperti kamu :)

      Hapus