Sabtu, 30 Maret 2019

Pojok Literasi Medan: Menjadi Alika yang Paham Financial Thecnology

"zaman sekarang udah serba mudah dengan internet, mau-apa ya tinggal cek dalam jaringan internet, gampang tinggal swipe dan klik-klik. OK!"
Pernyataan yang begitu udah seering banget yakan? dan terasa juga dalam kehidupan sehari-hari. Mau beli-beli bisa cek dalam jaringan, bahkan kalau tabungan juga lagi seret bisa juga nyicil dari e-market yang menyediakan sistem kreditnya. HAHA.
Walaupun belum pernah nyoba secara langung, tapi udah menjadi saksi dari ke-wow-gampang-lah itu ya ternyata belanja begitu. Meskipun dengan saran; harus tetap waspada dan memahami resiko dengan kesepakatan pihak penjualnya.

Setali dua alurnrya, secara mengesankan, aku juga bersama para Blogger Medan berkesempatan mendapat undangan dalam agenda creative talk yang bertajuk Financial Thecnology yang Ramah bagi Milenial.

Acara ini merupakan inisiasi program kerja dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi untuk mengedukasi para milenial, dalam kesempatan ini khususnya anak muda Medan yang diharapkan menjadi generasi yang paham tentang Financial Thecnology.

Financial Thecnology atau yang lebih akrab disingkat Fintech merupakan defenisi dari layanan keuangan berbasis teknologi informasi.


Bertempat di Cafe Potret yang sudah tampak kece dan berbenah, acara pun dimulai sejak pukul 13.00 wib oleh Yosy Aditya, sang MC yang sungguh lincah berdialog sapa dengan para undangan. Acaranya cukup santai karena juga ada band pengiring yang menyanyikan lagu-lagu hist yang kekinian.

Sebelum itu, para undangan yang terdiri dari blogger dan para mahasiswa yang sudah tampak antusisasnya juga dimintakan partisipasin untuk membubuhkan tanda tangan di Pojok Literasi Medan; sebagai bentuk persetujuan untuk turut aktif dalam kampanye Fintech yang ramah bagi warga Medan

Melalui agenda creative talks ini, bersama moderator dari @bloggercronny, yaitu mbak Wardah Fajrani memandu acara dengan empat pembicara yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. Yaitu:
  1. Ibu Rosarita Niken Widyastuti selaku Sekertaris Jendral Kementerian Komunikasi dan Informasi RI
  2. Sondang Martha Samosir selaku kepala Departemen Literasi dan Inklusi keuangan OJK
  3. Melvin Mumpuni CFP selaku Founder dan CEO Finansialku

Dalam kesempatan ini DJIKP terniat perannya untuk mengkampenyekan tentang Pojok Literasi Medan; dimaksudkan menjadi salah satu forum terintegrasi yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman para milenial warga medan terhadap pemanfaatan financial technology.
Dalam penyampaiannya, ibu Septriana Tangkary selaku Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim menyampaikan, "pendataan pada tahun 2014, melalui lembaga riset pasar e-marketer telah mencatat Indonesia sebagai negara keenam dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia (83,7 juta orang). Dan Januari 2017, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 51% atau sekitar 132,7 juta orang" 
Lanjutnya, dari 137 juta pengguna Internet di Indonesia, sebanyak 106 juta diantaranya adalah generasi pengguna aktif media sosial yang merupakan Generasi Y atau Generasi Milenials (rentang usia 20-34 tahun). Dari pengguna itu merekalah generasi yang lahir sebagai digital native; pengguna aktif internet dalam kehidupan sehari-hari.


Selanjutnya, Ibu Rosarita Niken Widyastuti juga menyampaikan bahwa, "Pada tahun 2015, dalam laporan World Economic Forum, Indonesia akan menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. 

Sehingga, menurut Ibu Niken, hal itu dapat mempertegas peluang keuangan digital serta layanan fintech untuk menjadi primadona bagi para milenials. Dalam hal ini, tentunya bisa menjadi tolak ukur kesempatan untuk para milenial agar bisa turut aktif mengembangkan kemampuan dan partisipasinya dalam perkembangan teknologi.

"Meskipun kontradiksi dari beberapa kenyataan, sesungguhnya baru sekitar 36 persen oerang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di bank. Sehingga pemerintah tetap berupaya giat meningkatkan literasi keuangan melalui desiminasi informasi positif kepada seluruh lapisan masyarakat. Lanjut Ibu Niken sebagai harapannya.

Dalam kesempatan yang sama Ibu Sondang Martha Samosir, menjelaskan bahwasannya dalam Fintech terdapat enam penggolongan jasa keuangan, diantaranya adalah:

  • Pembayaran (payment) yang termasuk katagori: card payment, POS payment, E-money, Transfer, Remittances, E-wallet.
  • Pendanaan (Funding)
  • Perbankan (Digital Banking)
  • Pasar Modal (Capital Market)
  • Perasuransian (Insurtech)
  • Jasa Pendukung lainnya (Support Fintech)
Turut serta juga, Ibu Sondang menyampaikan ajakannya kepada seluruh undangan dan mahasiswa yang berhadir untuk bersedia berperan sebagai Alika: Agen Literasi Keuangan.

Para Alika inilah yang diharapkan tidak lagi sekedar tergiur dengan kecemerlangan layanan keuangan bodong yang dapat menjerat para pengguna dalam kasus-kasus penipuan yang berbasis layanan keuangan digital.

"Tidak perlu cemas dengan begbagai layanan keuangan digital, kita cuma perlu melek dan paham tentang berbagai keuntungan dan serta reskio yang mungkin akan kita temukan dalam pengaplikasiannya. Serta juga tidak perlu ragu untuk mengecek berbagai aplikasi layanan terpecaya yang sudah terdaftar sah dalam OJK" ujar Ibu Sondang.

Tidak lepas dari itu saja, Ibu sondang juga menambahkan informasi tambahan berupa tips pengalokasi keuangan ala OJK, yaitu tetap sisihkan tabungan dalam setiap penghasilan yang kita dapatlan dengan cara -10 persen alokasi untuk dana darurat -20 persen alokasi untuk tabungan -30 persen untuk alokasi hutang aktif atau infestasi, dan -40 persen alokasi untuk tanggungan biaya hidup sehari-hari dalam seklai pendapatan.

Sebagai satu-satunya pembicara non departemen dan merupakan salah satu pelaku aktif yang bergerak dalam jaringan fintech turut serta menambah gairah dalam creative talks ini. Seorang Melvin Mumpuni turut serta menginspirasi perjalanan karirnya sebagai seorang blogger yang sudah bertransformasi dengan peran suksesnya sebagai Alika. Yang turut serta mempromosikan portal Finansialku.com sebagai salah satu solusi perencana keuangan digital.

Melvin sebagai seorang Founder dan CEO tak segan membagai pengalamannya yang sudah bergerak selama puluhan tahun dan konsisten bergerak untuk mengedukasi para penggiat internet dalam ranah fintech.

"Jadi, sebenarnya tidak perlu ada keraguan untuk terlibat dalam perkembangan teknologi yang telah memberikan kita akses-akses kemudahan dalam bertransaksi digital. Meskipun juga dalam ranah fintech yang dibahas bukan hanya sebatas keuangan digital, namun lebih dari itu kita juga harus paham tentang potensi serta dampak layanan serupa yang dapat membelenggu kita dengan resikonya. Kita sebagai alika tentunya perlu terlibat, aktif mencari tahu kebenaran dan paham dengan resiko yang akan dihadapi." ujar Melvin dengan semangatnya.

Foto bersama pemateri dan para undangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar