Rabu, 27 November 2013

pilihan untuk yang berkata : oh, jadi gue dimanfaatin aja nih?!


Bahagia adalah ketika diri mampu membahagiakan orang lain. Bermanfaat adalah ketika diri mampu membantu orang lain. Tuntutan peran yang kita lakukan selalu melibatkan orang lain. Peran itu juga selalu menantikan aksi. Setiap pilihan sudah pasti memiliki kesempatan yang berbeda. Setiap manusia selalu diharapkan untuk bisa melengkapi kebutuhan manusia lain. Setiap orang pasti menyimpan makna bagi orang lainnya. “Tak perlu khawatir, jika ada yang berkata:  yah gue dimanfaatin aja nih! Husnuzdhonlah... pikirkan dan pilihlah opsi yang baik, yaitu dirimu ataupun apa yang telah dan akan kamu lakukan memang harus bernilai manfaat untuk orang lain. Jika kamu mendapati pertanyaan: Rugi dong, demi apa gitu? Jawabannya, tentu saja, untuk dirimu. Diri sendiri. Tentu saja untuk diri yang berjiwa besar yang ingin memiliki kebersihan hati dari sifat bakhil.

Sekiranya kamu memilih untuk menjadi pribadi yang pemurah dan gemar menolong. Niscaya kamu akan memilik banyak hal, berupa simpanan bekal, tabungan finansial dan juga persediaan tenaga yang kelak kamu butuhkan sewaktu-waktu dalam hal tersulit. Dilain waktu, saat kamu membutuhkan itu semua. Percayalah ada dzat yang Maha Kuasa yang selalu memperhatikan dan menghitung semua kegiatan mu.
Bagi yang percaya dan mengerti tentang kaidah take and give ini. Hal diatas adalah dukungan dan pembenaran yang baik. Kata-kata yang bergaris bawah diatas adalah masalahnya. Hal itu sering terjadi kan?. Ketika kita berada di antar orang-orang yang memiliki banyak kepentingan dengan kita, ataupun kita yang juga memiliki kepentingan sama  pada mereka. Hal ini menjadi pembelajaran yang sangat berkesan.

 “Tulisan ini punya peluang besar untuk hidup dalam kenyataan dan pikiran ini memiliki peluang besar untuk mengontrol pilihan yang akan kita tentukan”. Terkadang ada saatnya,  kata-kata hanya di lantunkan sebagai pemuas pendengaran. Kemudian, tidakkah kita juga perlu porsi pemuasan nurani untuk berpikir. Karna tentu, menurut saya, porsi berpikir itu tidak adil bila hanya dimonopoli oleh otak. Karna ada satu sistem yang lebih menyenangkan jika hal tersebut turut mendominasi diri dan karakter seseorang, Berpikir dengan hati. Apa guna jika pintar berpikir namun tidak pintar merasa. Merasakan diri untuk berpikir. Berpikir sebagai manusia. Berpikir sebagai manusia yang punya kesempatan. Memikirkan keberuntungan sebagai manusia yang memiliki anugrah terbaik dari sang Maha Kuasa.

Yuk...Open mind, tentukan pilihan terbaik untuk kebaikan diri sendiri. Berhenti lah untuk berkecil hati dengan rasa bakhil. Tidakkah harusnya diri ini merasa berdosa, menyimpan nikmay dan rahmat Allah Sang Maha Penguasa yang telah menghidupkan. Hingga masing-masing diantara kita sudah diberi tugas untuk menghidupkan roda kehidupan itu selayaknya dan untuk memberikan makna bagi orang lain.

Kemudian menghidupkan seruan Sang Maha, yaitu ketika diri diminta untuk percaya dan berbagi. Percaya keESAanNYA dan berbagi tentang "rahmatNya" Guru saya pernah berkata : Keimanan terwujud dalam bentuk ibadah. Ibadah mencerminkan hakikat diri. Ibadah  merupakan satu aplikasi kepatuhan untuk alasan hidup  yang tepat.  Jadi, Pikirkanlah, bagaimana melakukan segala hal dalam hidup sebagai ibadah. Saya rasa perkataan guru saya itu sudah cukup jelas? Berdasar pada aturan Sang Kuasa, manusia telah memiliki ketentuan final yang berhubungan dengan dirinya, namun masih ada ketentuan yang bisa dipertimbangkan hasil finalnya. Ya! Tentu saja, Usaha dong!!

Setiap manusia punya kesempatan menyusun banyak rencana kehidupan, setidaknya untuk diri sendiri. Tentang beberapa pilihan yang ada, sudah jelas jika hidup pun sudah menjadi pilihan terbaik. “Apa alasan tepatnya jika kita masih berkeluh- kesah tentang prihal yang tak mendukung kebaikan hidup.” Apabila, tiba masa "uji kelayakan", yaitu saat kenyataan seolah menjadi penghianat untuk semua harapan dan keingianan. Bersabarlah. Itu artinya diri perlu belajar lebih banyak lagi dan akan mendapat lebih banyak ilmu lagi. Buang jauh pilihan untuk berkecil hati, buang jauh pikiran untuk bersifat bakhil, buang jauh pikiran untuk menyerah. Apakah pantas diri mengutuk "dimanfaatin" ? setelah begitu banyak kesempatan dan manfaat serta pilihan yang sudah kita dapatkan dan lakukan sebelumnya. Stay Husnuzdhon, please!!

bertanyalah pada dirimu, peran dan tugas apa yang sudah menjadikan dirimu lebih bermanfaat? "Apa yang harus saya lakukan?"
Setelah jawaban itu ada, Mari kita melakukannya.
Lakonkan  peran itu, seakan dirimu adalah seorang ahli ataupun master yang nyata-nyata membenarkan pilihan itu sebagi kenyataan. Percaya atau tidak? Bisa atau tidak? Lakukan saja lah. Bismillah. Usaha dan Ikhtiar.  Kamu hanya perlu itu.
RENCANAKAN.....RASAKAN...dan REALISASIKAN.
KAMU HANYA PERLU MELAKUKANNYA!!!!!!

*sebenarnya tulisan ini adalah jejak rekam dari perbincangan hati dan pikiran saya. Proses saat saya menuliskan ini yaitu ketika saya mendengar perkataan teman yang merasa dimanfaatkan olah teman-temannya. Saya mengembangkanya menjadi tulisan karena merasa perlu mendiktekannya kepada diri saya sendiri. Seakan saya juga perlu menasehati diri saya sendiri dengan ceritanya. Kemudian saya menambahkan rangkain semangat untuk memperbaiki persepsi diri dan rasa percaya diri lagi. Lebih dan lagi*  ~~semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar