Minggu, 04 November 2018

Durkoff Cafe: Pilihan Tempat Ngopi yang Asyik

11/04/2018 06:26:00 PM 4 Comments
Ini kabar bahagia.

Sebagai penganut nikmatnya kopi, selalu ada bahagia dan kelegaan tiap-tiap menemukan tempat nongkrong yang tepat untuk ngopi sekaligus kemek-kemek sama konkawan terpilih.

Jadilah ceritanya sejak tanggal 26 Oktober yang lalu, dikabari dari kawan kepada kawan dan kawan-kawannya, ternyata ada tempat ngopi yang baru buka. Alamatanya di jalan Gagak Hitam/ ringroad No.28 Medan.


karena penasaran dan tergiur kabar bahagia, aku ikhtiar dong dari Denai menuju Ringroad untuk membuktikan rekomendasi si kawan it~

Ooh ya ampun, ga nyangka

Jadwal oprasional cafe ini bukanya tiap hari mulai pukul 10 pagi ya sampai sekitar jam 11 malam. Dan yes! Tempatnya asyik, luas dan punya spot-spot pilihan yang bisa disesuaikan untuk keinginan kitalah;
Biar sah nampilnya. Ini difotoin @RirinAnnidya :)

tentang pilihan tempat kelen mau yang gimana~

Pinginnya ruangan sejuk dan bebas asap rokok?

Sip banget, posisi terpewe disini ya ini sih. Sensasinya juga instagramable: ada spot foto yang kece-kece yang sayang ah kalau ga difotoin sama kawannya. Bahkan di ruangan iini juga ada ditambah fasilitas permainan uno dan ulartangga. Oia, ular tangganya di lantai loh ya~ semacam jadi dekorasi lantai yang bisa jadi ruang untuk main, mau anak-anak ataupun kakak dan abang-abang juga harusnya tetap pingin ikutan main juga loh.

Pinginnya ruangan yang bebas-bebas aja nih?

Tenang! Dibagian tengah cafe ini tersedia juga ruangan asyik begitu, letaknya juga depan pantri dan meja bar kopi. Pokoknya tetap ga kalah serunya

Pinginnya ruangan outdoor gitu?

Nah, ini juaranya ini. Bahkan posisi ini dari luar udah menggoda untuk jadi tempat nongkrong rame-rame. Pilihan lokasinya juga ciamik dengan sensasi angin-angin sejuk, apalagi kalau langitnya udah mulai senja dan gelap, duh, nuansa lampu-lampu kuning yang hangat dan teduhnya buat makin betah ngobrol sama keluarga atau kawannya deh. Beneran!


Keseluruhan suasana yang ditampilkan Durkoff cafe terbilang lengkap ya. Sejuk, asri, seru dan tentunya ada mussolanya juga. Jadi cocok sebagai tempat nongkrong dan menikmati waktu-waktu berhaga bersama keluarga dan orang-orang istimewa kita, juga cocok nih jadi rekomendasi tempat untuk kumpul-kumpul bersama komunitas.

dan yang gak kalah penting dari segala pemikat jenis tampilan tempat yang menyenangkan itu. Jelasnya seperti diawal kubilang ya wei, initu tempat ngopi pilihan deh, jenis penyajian dan variasi kekopiannya lengkap

ini coba ngintip jenis stok kopi di barnya. Wow gituu :)
Selow aja kalau udah kelaparan ah. Jelaslah disini juga ada pilihan makanannya. Ini ya, mulai dari cemilan seperti dimsum, kentang dan ubi goreng, hingga makanan berkarbohidrat itu tetap buat enak.

Pilihan menunya banyaaaaak :)

Ini jadi idolaku di Durkoff deh, namanya Guillermo: coldbrew ditambah irisan lemon. Juaranya!

ini Waffele Coffee-nya juga juara!

Kalau masalah harga? duh~ Durkoff Cake ini terbilang aman dan sesuasi untuk kantong mahasiswa hingga kantoran. Apalagi dengan fasilitas dan variasi kopi dan makanannya yang jelas terlihat menjaga kualitas ditiap sajiannya loh. Pokoknya puas itu yang jelas-jelas aja, #ngopisekelak kelen cobalah di Durkoff Cafe

Mau kepoin intstagrammnya, bisalah cek aja di @durkoff Cafe

Selasa, 30 Oktober 2018

Refleksi Masa Bodoh

10/30/2018 08:44:00 PM 2 Comments
Setelah usai khatam membaca Sebuah Seni Bersikap Masa Bodoh dari Mark Mason beberapa kali, ya beberapa kali ada beberapa bab yang kubaca berulang-ulang. Entah mencerminkan refleksi, entah pula tusukan maknanya terlalu tajam dan mencipta bekas yang tepat. Tepat diakunya :)

Disini bisa jadi adanya; ternyata aku kalah banyak untuk dapat dibenarkan.


Blogpost entri ini kujadikan refleksi untuk nantinya jadi pengingat sepenggal  kekalahanku. Setidaknya biar nanti-nanti aku yang sering lupa ini bisa mengingatkan diri sendiri.

Refleksi 3 point tentang Seni Bersikap Masa Bodoh, sejujurnya

#1: Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh: masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda

Pointnya disini aku setuju. Sungguh sama sekali tidak ada yang dapat dikagumi dari sikap acuh tak acuh. Benar pulak adanya kalau orang yang semacam acuh tak acuh itu adalah bagian populasi manusia lemah, manusia malas bergerak dan ciut hatinya.

Keadaan orang yang acuh tak acuh seringnya berusaha untuk bersikap masa bodoh karena dalam kenyataannya suungguh mereka itu terlalu rewel terhadap segala sesuatu. Mereka itu yang terkadang mencoba bersembunyi dalam liang kelabu tanpa emosi, liang yang mereka gali sendiri. Entah untuk sesekali terserap oleh diri mereka sendiri atau mengasihi diri sendiri, dan entah pula untuk terus-menerus mengalihkan perhatian mereka dari hal yang menuntut waktu dan energi mereka; yang disebut kehidupan? HAh!

(??)

Nyatanya jika kita ingin saling mencoba dan (ingin saling) memahami  harus ada langkah pertama yang perlu dilakukan, yaitu masuk dalam satu feskuensi yang sama (yang sama) dan menjernihkan segala yang terasa keruh (yang terasa keruh) bersama-sama.

Keadaannya semacam ya... mudah-mudahkanlah diri untuk bisa berdiskusi.

Apapun kalau situasinya jernih pastinya enak untuk diobrolin yakan?

Hipotesa dariku adalah mencoba buat pertanyaan pada diri sendiri dan untuk kemudian mencari jawaban, tentang: apa yang kita pedulikan? hal apa yang kita pilih? bagaimana caranya memilih? Bagaimana agar bisa bersikap masa bodoh terhadap yang dipilih atau tidak dipilih atau .. yang memang tidak ada maknanya sama sekali.

itu (tetap) dapat dijernihkan.

Semisalnya udah buntu dengan diri sendiri, coba saja keluar. Pilih dan temukan orang yang tepat yang bisa dipercaya, yang bisa untuk diajak diskusi, diajak ngobrol dan dicampur becanda juga.

Ya biar: silahkan jawab dan temukan bagian titik-titikmu sendirilah ahh~

#2: Untuk bisa mengatakan "bodo amat" pada kesulitan, pertama-tama tentunya harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.

Dibukunya Mark Mason itu ada satu analogi untuk menyatakan alasan dibalik orang-orang yang 'mengobral kepedulian mereka'; adalah ibarat seseorang yang menjual es krim di perkemahan musim panas.

Nah, jadi mereka itu -katanya- sejenis orang yang tidak punya sesuatu yang lebih-lebih layak untuk dipedulikan.

Begitulah ya, perkara menemukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupan ini mungkin porsinya ada pada pengalman diri sendiri. Namun, ada salah satu cara paling aman dan produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga untuk menemukan hal pentig itu, antara lain yaitu dengan berpura-pura. Berpura-pura bisa untuk jadi penting dan tidak penting pada porsi yang sesuai. Ya pende-pandelah yakan?

Karena menurutku berhasil memilah kelebihan/ kekurangan untuk diri kita sendiri itu bagian terpentingnya.

Setuju ga tentang fokus kepada diri sendiri itu lebih penting? Menyelamatkan diri sendiri dengan perhatian yang akan tercurah untuk hal-hal serupa, tanpa campuran sembrono dalam makna yang lain.

-Artinya mencoba fokus dan atau menumukan fokus diri sendiri. Ya!

#3: Entah disadari atau tidak, Kita akan selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.

Orang-orang tidak mungkin dilahirkan dalam keadaan tanpa kepedulian.
Orang-orang tidak mungkin dilahirkan dalam keadaan tanpa makna yang harus dicariya, yang harus ditemukannya dan haruslah juga dipahaminya hal tersebut.

Melalui itu, ada fakta bahwa kita ini sebagai manusia dilahirkan untuk 'merasa' risau terhadap terlalu banyak hal.

Seberapa banyak perihal-perihal dunia ini?
Banyak banget yakan :(

bisa pusing ahhh dan ga selesai-selesai kalaupun ada yang pinginnya diselesaikan.

hmm~
tarik napas ah
lepaskan satu-satu
yang membelenggu
yang menyesakkan
segala ekspetasi itu~

hmm~
coba ikhlas
coba maafkan

jangan nyerah ya :)
coba terus deh

Ya, sebegitulah pendapatku, semacam perjuangan ya untuk mengatasi kesulitan.

Rela untuk menjadi 'beda' itu harusnya melalui ilmu ikhlas: ilmu yang ga perlu dibilang-bilang karena kalau dibilang-bilang sulit ah diukur taksirannya.

jadi, Yaudah.
kalau seandainya sudah memilih sesuatu, coba ah bertanggungjawab.
kalau seandainya sudah menjalani pilihan, coba deh jalani dan pahami

: jangan berhenti belajar ya :)

Dari sini, harus ada yang dipetik ulang, bahwasannya tentang sikap cuek dan masa bodoh ini merupakan salah satu pilihan cara.
Cara sederhana untuk mengarahkan kembali ekspetasi hidup kita.
Untuk bisa memilih apa yang penting dan apa yang kurang pentingnya bagi kehidupan kita sendiri.

Dan ada poin bahwa harus selalu ada usaha untuk mengembangkan kemampuan 'tentang ini', biar bisa mengarahkan susuatu yang mencerahkan. Tapi, bukan pencerahan yang mengawang-ngawang atau penuh mimpi kebahagiaan untuk mengahkhiri semua penderitaan ya.

Tentu harus tetap ada usaha yang selaras. Usaha. Usaha untuk tetap belajar dan jangan gampang nyerah ya :0





Kamis, 09 Agustus 2018

Pengantar Sebuah Seni untuk Bersikap Masa Bodoh

8/09/2018 08:23:00 PM 7 Comments
Bagian ini merupakaan ringkas pengalamanku seusai membaca buku dengan judul entri blog ini.

Kebanyakan orang membayangkan, dan (katakanlah) akan menduga-duga mental masa bodoh ini sebagai sikap yang keterlaluan.

Terlalu songgong, hingga tidak terpengaruh apa pun. Terlalu tenang, hingga mampu melewati semua badai masalah. Terlalu galak, sehingga tidak ada yang tahan berteman dengannya. Terlalu ramaaaaah, sehingga banyak orang yang salah paham. dan yang paling agak wow: terlalu lama jomlo dan pemilih, sehingga belum juga ... .. .(woii oiii)

Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku memilih buku ini pada deretan buku "self improvement" -yang kalau ga salah sederetan dengan aneka buku motivasiisme,- yang sungguh-sungguh aku sadari, sudah lama meninggalkan jenis bacaan sejenis. Sederhananya kalau dicerna-cerna isinya tok omong kosong doang, eh iya memang pernah susah, terus lanjut deh membangga-banggakan keberhasilan melulu, mendikte tips dan trik berkehidupan yang baik dan benar, bak tuntunan pola makan 4 sehat 5 sempurna.
(ADUH iya, skeptis dan culas banget aku nulisnya?)

hahaha santai :)
uwuwuwuw~~
dan lagi pula, kupikir dewasa kini, standar dan kualitas 4 sehat dan 5 sempurna seseorang sudah mengalami peyorasi sedemikian rupa, ya gitu, yang ideal adalah disesuaikan dengan kebutuhan pengalaman orangnya masing-masing.

Semasih ada 'pedoman', ya dikaji dan dipelajari.
Semusim jika ada trend, ya dikaji dan dipelajari.
dan jadilah ini sebagai persoalan tentang berusaha untuk tetap belajar. 
Gitu.

Kuingin ngebahas isi buku yang sangat kunikmati membacanya ini dengan sungguh-sungguh loh,. Sekalinya buku ini kubaca dengan ritme yang sering sengaja kuulang dan perlama untuk direnung-renungkan.

Secara, kejutan awal buku ini tertulis semacam anjuran "jangan berusaha!"

(hoi) tidak mendadak kuteringat reka-reka ulang bahas obrolan dengan para alien yang ujungnya berkesimpulan bilang, "udah qo gosah banyak mikir, lagak idupmu penuh drama, kayak drakor. (woi) udah ada persiapan untuk bekal kematian?!"

ya kali Mbak~ perbanyak istigfar ah. idup juga perlu tetap seimbang.

Pernah dengar tentang istilah 'Lingkaran Setan'?
ibaratnya lelucon tentang kepolosan kucing yang mengejar-ngejar ekornya sendiri, yang begitu lucu menggemaskan. (YHA, lucu dan menggemaskan ya)

Nah, istilah itu juga menjadi pembahasan buah dari pengalaman hidup banyak orang. Konon, prihal istilah itu berasal dari keanehan mental dalam pengolahan sistem otak yang kita alami sendiri.

semacam mudah panik? semacam selalu gampangan marah? semacam penuh curiga? semacam tidak ada seorang pun yang bisa diandalkan? semacam sangat amat teramat kesepian karena tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol.
(woii) hmmm. Coba tarik lebih dalam, bernafaslah dengan tenang. Tahan. Dan cobalah sayangi diri sendiri.

(aku juga begitu begitu hahahah) 

Pernah merasa sangat bersalah? merasa kalah? merasa tidak berguna? merasa menyedihkan?
(woii) TAHAN. cobalah sayangi diri sendiri. Dan bacalah buku ini sebagai penghibur sudut pandang.

Peringatanku adalah ini jenis bacaan yang ga akan berikan sensasi puk-pukin pundakmu. Gak akan ada dalih, "udah, sabar ya" dan justru, bakalan mencagili halusnya perasaanmu dan nepok jidatmu sekuat kesadaran yang muncul dari dirimu sendiri. Gitulah.

Ada beberapa hasil eksperimen yang ditawarkan Mark Manson, yang kini merupakan seorang blogger ternama asal New York. Diantaranya prihal solusi untuk menyelamatkan dunia dengan cuma bersikap masa bodoh.

Dengan tidak ambil pusing ketika merasa buruk, berarti kita mencoba memutus lingkaran setan yang ada dalam kehidupan ini. Gitu.

"saya merasa sangat buruk, tapi terus kenapa! masalah samamu?
"saya jerawatan? heh terus kenapa! peduli banget yaa?
"kamu merasa lelah. Yodah, diam. isntirahat!

sesederhana itu.
(dan itulah ciri pencapaian yang ingin kuterapkan)

dan banyak hal dari ini aku setuju: secara garis besar, proses berpikir dan pengalaman dan eksperimen mas Manson ini menurutku setipe denganku. Aku sebagai Sri Rahmadani Harahap. 

dan, sekedar saja aku mulai tidak percaya dengan gaung #qoutemulia: bahagia itu sederhana.

agaknya itu semacam wabah penyakit. Sejalan dengan petuah Alber Camus dalam nulikan buku ini; "Anda tidak akan pernah bahagia jika terus mencari apa yang terkandung di dalam kehidupan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan"

ya ya ya
bahagia ya BAHAGIA aja.
Sederhana itu proses atau caranya aja, yakan?
sedih? ya udahlah SEDIH pun disederhanakan juga 

Memang adakalanya momen-momen masa bodoh ini merupakan kesempatan yang menentukan dalam proses berkehidupan. Terkadang mencoba arah berpikir selo yang reaktif gitu juga menyenangkan dan gampang melegakan.

Ibarat kata kawan awak yang agak tua tapi nyeleneh pernah bilang, "menang bertahan, kalah silahkan cari jalan. Terus aja berjuang sampai lupa bagaimana caranya bertahan."

HMMM. IYA.
tapi kok ya lucu ya? idup kayok menmaen aja maz? gitu mulu gak ada perencanaan: apa sanggup?
Ngeri juga adek mikirinya. Haha.

Jangan tinggi-tinggi ah, selama di bumi masih ada hukum gravitasi.

Ternyata konsep self improvement  yang dimaksud dalam buku ini adalah tentang memproritaskan nilai-nilai yang lebih baik, memilih hal-hal yang lebih biak untuk dipedulikan. karena ketika kita terlalu peduli pada hal-hal yang lebih baik, kita akan terjebak mendapat masalah yang baik. dan ketika kita mendapat maasalah yang lebih baik, kita akan menjalanai kehidupan yang lebih baik pula.

Suka atau tidak, kita selalu berperan aktif dalam apa yang sedang terjadi terhadap diri kita. Wajar dong, kita selalu menafsirkan makna dari setiap peristiwa dan kejadian, kita selalu memilih nilai-nilai yang kita hidupi dan ukuran yang kita gunakan untuk menilai setiap hal baru yang terjadi pada kita. Dan sering pula peristiwa yang sama bisa menjadi baik atau buruk, bergantung pada ukuran yang kita pilih. (yang kita pilih).

Intinya adalah, kita selalu (mencoba) menjatuhkan pilihan, entah kita sadari atau tidak. Itu selalu.

Kembali pada kenyataan bahwa tidak ada yang namanya tidak peduli. Tidak pernah mungkin. Kita semua pasti memedulikan sesuatu. Tidak peduli tetang apa pun tetap saja sebuah bentuk kepedulian tentang sesuatu.

Pertanyaan yang seungguhnya adalah kita memilih untuk memedulikan apa? (nah). Nilai apa yang kita pilih sebagai dasar dari ketidakan kita? ukuran apa yang kita pilih untuk kita gunakan sebagai pengukuran kehidupan kita? dan apakah itu pilihan yang baik - Apakah nilai dan ukuran baiknya?-

Begitu menggemaskan ya? untuk direnungkan. Ya untuk dibahas dan dikombur-komburkan juga.

iya?
Kalau ada yang setuju bersenang-senang, yok ngobrol~
kayaknya juga sedap kalau sambil nyeruput espresso.

apakah kopi itu pait atau asam?
hmmmm hmm hmm~~



Selasa, 01 Mei 2018

Netizen Medan Ngobrol Bareng MPR RI

5/01/2018 02:56:00 PM 7 Comments
Manfaat akan bertebaran dari segala penjuru jika kita berusaha dan menuju untuk itu.

Alkisah pada suatu hari yang tidak fana bertanggal 20 April 2018, aku dapat undangan selaku perwakilan komunitas Forum Lingkar Peda Medan untuk berkesempatan hadir bersama kawan-kawan komunitas Blogger Medan, nikmatnya Silaturrahim antar komunitas ya gini: bisa punya kesempatan yang beragam, apalagi kali ini agendanya kumpul-diskusi berfaedah yang digawangi lembaga pemerintahan sekelas MPR RI.

Yang menarik dari undangan ini bertajuk: Netizen Medan Ngobrol bareng MPR 

Sebagai sorang 'pemantau' lini masa yang selalu menyempat-nyempatkan selalu dalam jaringan menjadikan aku datang bersemangat. Menurutku, gelar sebagai warga net akan jadi lebih berfaedah jika dapat nilai informatif langsung dari lembaga kenegaraan, itung-itung untuk PDKT program kekinian Tuan-Puan yang Terhormat dalam menjalankan kerja lembaga negara. Jadi kan warga net jelatah -semacam aku- ini bisa lebih pede menghadapi kejamnya arus utama informasi yang menggebu-gebu.

Bertempat di Grand SwissBell Hotel Medan,  beberapa undangan ramai berkumpul di ruang Diammond Ballroom. Takjub. Ternyata yang berhadir bukan sekedar blogger-blogger medan saja, namun juga para penggiat media sosial dan perwakilan komunitas-komunitas di Medan.

Nuansanya semakin seru! Iya banget berkumpul seruangan dengan penggiat media sosial selalu buat kukagum sendiri, apalagi kesempatan berdialog santai dengan perwakilan MPR-RI.

Sesuai susunan acara pelaksanaan, narasumber adalah Bapak Ma'aruf Cahyono (Sekertaris Jendral MPR RI) dan Ibu Siti Fauziah (kepala Biro Humas MPR RI) dan dipandu Bapak Andrianto (Kepala Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi, Setjen MPR) -selaku moderator.

walaupun Bapak Ma'aruf Cahyono berhalangan hadir di Medan, acara tetap seru dan tetap berlangsung dengan baik.

Sebelum acara dimulai, tentunya diharuskan registrasi ulang untuk mendapatkan tas tangan eksklusif dan kaos keren berlogo MPR RI dan selanjutnya kami dijamu hidangan makan malam, sampai sekitar jam 19.30 acara dimulai dengan diawali menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

dan ternyata.. sama kita pahami dong kalau MPR itu merupakan lambang permusyawaratan rakyat. Lembaga ini berkedudukan serta memiliki kewenangan tertinggi yang pula sangat fundamental dalam upaya menciptakan suasana kondusif dalam kehidupan ketatanegaraan.

Yang saya pahami pada malam itu adalah misi yang dibawa perwakilan MPR RI tentang penguatan terhadap istilah 4P; Empat Pilar -yang kalau kita masih ingat, dalam pelajaran sekolah Pkn atau IPS yang sudah membahas materi dan tugas MPR sampai segala tetek bengeknya.

Ada yang masih ingat yang dimaksud 4P ?

agra kita sama-sama ingat lagi: untuk bekal menjadi warga net yang informatif, 4 Pilar MPR RI adalah :
1. Pancasila sebagai ideologi bangsa
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Negra Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
4. Bhineka Tunggal Ika.

Nah..

Prihal inilah yang diingatkan lagi oleh narasumber dengan pandu ingatan bahwa kita sudah dalam zaman arus informasi yang sangat kompleks. Begitu banyak informasi yang bisa kita dapatkan setali hanya dengan sekali klik. Tentunya kita harus berhati-hati melahap laman-laman informasi, baik berita online ataupun offline yang tersaji dalam media sosial. Pak Andrianto juga sempat menyinggung tentang problema Cambridge Analytica dan issue Facebook yang mengalami kebocoran data.

dan ternyata sesuai prasangka awal yang kuprediksi bahwa isi pembahasan akan didominasi diskusi yang serius dan membosankan itu terbantahkan.
mas MC dan Narasumber.
Dokumentasi: @PertiwiSoraya
Ibu Siti Fauziah dan Pak Andrianto yang dipandu dengan mas MC yang kocak -tapi kulupa nama beliau- tampil rileks dan bersahaja menyampaikan maksud dan tujuan diskusi malam itu, serta berhasil menanggapi segala tanggapan dan resah para nitizen Medan yang menyampaikan pendapatnya ketika sesi tanya jawab yang lebih mendominasi.

Pokoknya seru!
Foto Bersama seluruh undangan.
Dokumentasi: @BloggerMedan
Ternyata MPR kini sudah menggeliat dan banyak memandu sosialisai programnya dengan wujud aksi yang lebih membumi dan membuka diri untuk kesempatan yang lebih santai begini kepada para segenap perwakilan warga net Medan. 


dapat sertifikat gini dong :)


Dan tentunya, menjadi salah satu yang memiliki kesmpatan malam itu buat kumerasa sungguh bangga dan beruntung.

Perwakilan komunitas Forum Lingkar Pena Medan bersama Ibu Siti Fauziah.
Dokumenrasi: @pertiwisoraya 
Bersama Bapak Andrianto dan 'pejuang menjadi duta wikipediawan Bahasa Indonesia' korwil Medan :D
Dokumentasi: @pertiwisoraya 

Jumat, 20 April 2018

Kenangan

4/20/2018 11:30:00 AM 2 Comments
Pasti ada. Ada seorang atau beberapa yang berantusisas merayakan hari-hari yang pernah 'dianggapnya' penting: berdasar tanggal, hari, bulan, tahun dengan embel-embel moment atau perayaan-perayaan yang terikat.

Rasanya seperti kontrak bathin dan jiwa pikiran yang harus atau tak sengaja saja diulang atau.. terulang begitu saja.

Aku pikir. Perihal itu sebagai bentuk dari kepedulian dan limpahan kasih sayang saja. Setidaknya begitulah pembenaran yang terdekatnya, menurutku.

Seperti aku: dengan pembenaran dari ingatan-ingatan beberapa hal... yang kusayang-sayangkan dalam isi kelapaku.

Diantara beberapa hal yang telah kulalui, lakukan dan pahami kemudian.
Diantara beberapa hal yang telah kupahami, kusyukuri dalam kesulitan dan kesenangan yang kuharap-harapkan kemudian.
Sampai jadinya bisa menjadikan senyum-senyum sebegini jadinya; kepada diri sendiri.

Ada.
Pernah ada kenangan.

Tentang bahagiaku: digendong dan dinaikkan ke pundak Ayah, semasaa anak-anakku. Sekilas bayangan caraku meminta gendongan itu, warna girangnya tawaku -yang sekarang membawakan nuansa kangen. Sungguh-sungguh.

Tentang sedihku menyaksikan Mamakku terbaring di ruang emergency rumah sakit. Kakinya membiru dan kain putih menyelimuti seluruh tubuhnya.. waktu aku tiba yang kutemui hanya jasad kehidupanku yang masih hangat, namun... (kata suara yang mengantarku) tak bernyawa lagi. Aku tidak ingat apapun, selain yang kusebut sebelumnya dan kemudian dekap Ayah dan Abang pertamaku yang datang setelah aku sangat lelah dengan air mataku sendiri -yang sekarang berusaha membawakan nuansa 'tarikan nafas yang dalam' serta rapalan doa.

Selanjutnya.. sebagiamana usahaku untuk harus melanjutkan petualangan-petualanganku dengan perdamaian yang kuyakin-yakinkan pada hatiku sendiri.

"Aku harus kuat. Harus berani."

"Harus mampu. Harus terus belajar untuk mampu."
(sumber pict: google bae)

Sampai-sampai aku hanya harus mengingat bahwa... untuk melanjutkan bahagia itu yang kuperlu hanya tentang merayakan kenanganku dengan kedamainan, rasa jujur dan percaya; bahwa aku lebih dari kepantasan untuk semua pengharapanku di masa depan.

Iya, begitulah sekiranya, caraku berdamai.

yang pertama: berdamai dengan diri sendiri.

Senin, 16 April 2018

Sebuah Usaha Merencanakan

4/16/2018 08:30:00 AM 1 Comments
Sebenar-benarnya Aku belum yakin ini benar untuk dilakukan. Pun sebaik-baiknya, Aku juga belum yakin ini baik apalagi penting adanya untuk dilakukan. HAH.
pict sumber: googling bae.
Kenyataan yang ada hanya tentang aku ingin mencoba, mencoba, mencoba, sampai menantang diri sendiri untuk melakukan perihal ini.

Iya, senyatanya aku ingin merencanakan sebuah usaha: untuk menulis, lagi.
  
Sebelum ini, ada satu juga yang harus tunai aku selesaikan. Tentang proyek inginku mewujudkan janji tak tertagih kepada kumpulan cecoretan tangan di sembarang kertas yang kurasa sudah pantas dikumpulkan menjadi draf yang akan berbentuk rangkaian cerita. Aku sedang berusaha untuk itu.

Menurut ketulusan gelisah jiwa-jiwaku yang sering terguncang: sadari aku memahami beberapa problem kehidupan (hallo, LYFE) dan juga cinta.

Terpujilah, duhai CINTA untuk segala jenis emosi yang tertimbun, tinggal dan masih menetap pada lurik lurik nadi yang harus lagi kutanami bunga bunga segar. Setidaknya agar menjadi bibit yang baik untuk genersi yang baru.

Besar harapanku memang tak sebesar usaha yang sedang kujalani. Besar inginku juga memang tak sebesar target yang sedang kutuju. Dalam usaha ini selalu saja sempat singgah dalam kepala, kepada apa dan siapa lainnya yang akan perhatian dengan tulisan ini. Namun, kemarin aku diingatkan kembali tentang, "kalau belum terjadi, belom dikerjakan. Udah gak usah banyak tingkah alasan. mulai aja."

dan kupikir, "hmm, baiklah"

mood boster: mbak Kirana :)
Namun, tetap saja, janji ya nanti-nanti kuharap tidak akan berpanjang daftar tanya-tanyanya pada gelisah, gelisah puisiku, gelisah prosaku dan juga gelisah pandanganku. 
Nikmati aja. semoga bisa rutin. Kan, akunya pengin healing lagi.

Untuk beberapa kondisi, rasanya aku ingin bebas saja, menulis dan hanya menulis dengan bebas tanpa  pembenaran yang harus ditemukan oleh kepalaku.
Aku ini tipe yang sangat rumit, pikirku seringkali. Untuk melakukan hal yang sebagian orang mengatakan itu sepele saja, bagiku harus tetap memiliki alasan. Untuk melakukan remeh temeh rempeyek saja, bagiku harus tetap pusing mengerutkan kening.

Kepalaku sering sekali ribut ribut pada denyut denyut yang memaksa sistem naluriah yang harusnya bekerja mendapatkan makanannya sendiri.

(tapi, kalau diajak lawak, aku sungguh recehan. Ga pakai mikir bisa jadi bloon bgt, hiks :'(

Lagi lagi harus kuingatkan, "bukankah prihal kenangan yang pernah ada, sejatinya tak akan kita buang segalanya dengan percuma, kecuali keyakinan bahwa kita akan tetap melanjutkan perasaan dengan sebijak kemampuan kita berpikir untuk masa depan.

Toh, sudah jelas banyak petuah katakan: Kita hidup untuk masa depan. Masa lalumu adalah milikmu, masa laluku pun begitu dan (bisa jadi, siapa tauuu) kita akan mencipta masa depan bersama. ya oma ya opa

Atas segala maaf dan wujud rasa hormat untukmu (ya, kalau-kalau nanti tersungging atau terjellungup): ijinkan aku menuliskan beberapa sendu yang ingin kuselesaikan, terlebih kepada inginnya aku merangkai ini menjadi jering jaring seperti rumah laba laba yang kelak akan bermuara di tengah, yang entah apa: aku juga penasaran.

Halo!

Kamu pernah mendengar tentang peristiwa halo bulan kah?
atau halo matahari?
..
Nanti pada jaringan berikutnya aku ceritakan ya.

Rabu, 11 April 2018

Kepada Kalian yang Diseleksi Getaran Jiwa

4/11/2018 08:19:00 AM 8 Comments
Sebelum menulis kisi-kisi curhat ini, aku sudah dibuat mewek dengan tulisan salah satu jenis manusia favorit akoh yang bertutur tentang memaafkan diri sendiri :')

Aku sudah agak lupa tentang faedah blog ini, tentang yang pernah aku muntahkan disini, tentang trauma yang pernah kusimpan disini, dan bahkan... tadinya untuk login saja aku kikuk.
Ternyata untuk mulai menulis lagi, harus ada momentum yang menyakiti, agar boom nya dapat sesuatu, mungkin menyembuhkan. *uhuk

Adakah kalian akan setuju bahwa: kita (akan) abadi? sebab yang fana adalah waktu,  seperti kata Eyang Sapardi.

Kalian kan juga pastinya percaya dan pahami saja bahwa dunia ini berotasi dengan segala kemungkinan dan harapan-harapan. Segalanya tidak ada yang mutlak, kupikir benar saja. Kecuali yang kita tahu dan pahami tentang KuasaNya yang itu.

Seandainya, hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 20; aku pernah meraung-raung bermohon disayang agar mamak dan ayahku tetap sehat. Dan ternyata, saat hari hari ulang tahunku yang ke 25 lalu; aku hanya mengulang-ngulang permohonan untuk selalu pandai merasai syukur saat sehat dan sakit, sehingga tidak perlu terlalu merepotkan rasa khawatir beberapa orang disekitarku.

Apa kenyataan sudah menjadi simple?
Tidak/
tapi, berusaha saja, dengan kemungkinan dan harapan.
Toh, seandainya hari ini aku masih berkeras kepala dan hati, dari mana kudapatkan makna bersyukur.
sumber pict : googling bae :)
Aku sedang tidak ingin menyesali apapun.
Aku tidak akan pernah lagi ingin meyesal.

Masa kita -begini- dan orang-orang seperti kita ini berhak merasakan dan melakukan kesalahan-kesalahan. Dan tidak perlu terlalu banyak merasakan khawatir, begitu nasihat yang seringku dapat.

Setujukah?

Jadi, acapkali naik suhuku bahwa -aku hanya ingin berani saja.
(Baiklah mari kita mencoba)
Mencoba mencari tahu: segala jenis sedih dan bahagia dan sakit dan sehat, yang belum diketahui dan alami sewajarnya. 

Seandainya harus ini kulampiaskan, perihal sedih dan bahagia yang tarik menarik, membuka dan menutupi segala kurang dan lebih energi dalam emosiku. Cerita ini akan jadi sepanjang jalan Jamin Ginting, mungkin.

Roller coaster emosiku yang singgah dan hilang: kupikir ingin kusyukuri saja. Apalagi setidaknya pernah ada cerita-cerita tentang kita. Kisah yang akan jadi kenangan, entah yang kusuka atau tidak, pastinya akan mendatangkan pelajaran dari inginku yang itu itu juga.

(terima kasih teman sejagad yang berhasil diseleksi oleh getaran jiwa)

Walaupun, aku ingin jangan pernah ada 'seandainya' bagi kita, jika itu menyakitkan adanya. Sebab dalam hal yang paling aku takuti,  (kecuali jenis takut dari jin dan kecoak terbang)  adalah tentang kehilangan. (oia, aku juga takut kelaparan, apalagi kalau ga ada duitt dan welas asih traktiran kopi) hmm :')

Aku pikir aku tidak pernah mampu untuk merasakan ini. tapi ternyata: Aku bisa tertawa sekarang. Aku masih bisa menangis. Dan, aku juga tetap bertahan serta sesekali melawan!

Entah sejak kapan,  jika harus dirunut alur kejadiannya (ini tentang evaluasi self healing yang kudapat saran dari Sesuhu Penasehat Bathinku)

Contohnya: pernah, aku mulai sering mengumpulkan daun-daun kering. Mengutipnya saja dengan random dengan tidak ada prsangka dan hanya ingin menyimpannya. Pelan-pelan aku mulai terobsesi, menyayanyi daun-daunku. Tidak ingin dia hilang atau bahakan ada yang menghilangkannya. Aku hanya mau daunku!

kemudian, berbulan lalu, aku kehilanan hanpon dan tiga lembar daun -palingkusayang-. Lantas, yang turut menjadi rute emosi itu adalah aku kehilangan kenanganku.

Terlalu banyak yang kusimpan disana, atau terlalu juga kumerasa obsesi yang itu,  Tapi ketika dia hilang, ternyata bukan itu yang kubutuhkan. Karena aku bisa beli hanpon lagi hanya dalam hitungan jam, mengggantinya sesegera dengan hanpon baru. Awalnya dia masih kosong, kemudian kini kenangan yang lain kusimpan dan rasanya sudah penuh saja.

Nah, pada waktunya aku dapat saklar yang harus aku mainkan: tentang membutuhkan makna hilang.

Entah, kemudian kita memang harus menggantinya dengan kebaruan, atau tetap harus ada hal yang direlakan, untuk dimaafkan menuju IKHLAS. 

Aku pernah diceritakan filosofi tentang pohon yang harus menggugurkan dedaunnya untuk bertahan hidup.

Nah. Itulah yang membuatku sedih, harus kuapakan kenanganku yang lalu, harus bagaimana aku dengan rasa dan perasaan bersalahku. Harus bagaimana lagi aku sampai harus begitu-begitu mulu.

Kita ini perlu kebaruan, yakan?
kita ini perlu makna yang lain, kupikir.

sumber pict : uhmm, googling meeong :)

Jadilah, aku menulis lagi disini.
Keluar dari goa, uhm... yang kata Socrates pernah jadi zona ternyaman, kemudian aku jadi penasaran siapa -yang akan mau baca blogku yang nganu ini, ya :)

Komen ngapa, aku ingin tersenyum lagi membaca tulisan ini nantinya.