Minggu
pagi ceria, 25 Januari 2015 pukul 10.00 waktu orang Medan di rumah cahaya,
saatnya kru FLPers berkumpul untuk agenda rutin mingguan. Agenda hari itu,
mendatangkan seseorang yang mengaku ibu rumah tangga, entah biasa entah luar
biasa. Beliau memulai dengan senyum dan tawanya yang renyah, serenyah peyek
udang kecepe dengan sedikit sensasi rasa asinnya.
"Aduuh,
grogi ah.. Malu saya, gak pede ah
jadi pemateri"
Saya
pun teringat dengan orang serupa, juga mengatakan hampir seperti itu. Ketika Ramadhan
2014 lalu, di seminar motivasi menulis yang bertema “Saatnya Jadi Penulis” yang diselenggarakan FLP Sumatera Utara di perpustakaan
kota Medan. (ceritanya “dahulu kala” Awak
belum jadi FLPers angkatan 6) :hoho.
“O,
benar, beliau orang yang sama.”
Ternyata
lagi lagi beliau menjadi pemateri tentang tips penulisan novel di hari ini. Kenapa
beliau lagi? Kalau kata bang Roby: orang yang berhak menyampaikan hikmah (mungkin
sebagai pemateri) adalah dia yang sudah mengamalkan ilmunya. Sip-markosip, udah cocoklah itu.
Beliau
awalnya mengakunya sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak, karena nggak
ada kerjaan beliau menjajal dunia tulis menulis. Gak kepalang, sudah 9 novel yang
lahir dari rahim kreatifitasnya. Diantaranya: Loving
Twice (2008), Lilia di Negeri Akraland (2011), Winter Heart (2013), Benci Tapi
Cinta (2014), Aku Selalu Ada Untukmu (2014), Keris (2014), Penunggu Gunung
Salak (2014), LoveU (2014), Akulah Malaikat hatimu (2014) dan konon akan ada novel berikutnya yang sudah diproses
penerbitan, dan ada pula lagi naskah-naskah yang masih “diasongkan” beliau agar
menemukan jodoh penerbitan yang pas. Alamakee.
Beliau adalah Mbak Ratna DKS.
Awalnya
Mbak Ratna “sempat” ogah-ogahan memulai diskusi. Berkisah suhu grogi yang disampaikannya, Mbak Ratna malah berhasil menyampaikan harta karun bertumpuk-tumpuk dari pengalamannya
menulis novel. Apa lagi? 9 novel itu
menurut saya harta karun yang amazing.
“Gimana
sih caranya, kan begitu adanya pertanyaan kita?”
Diskusi
pun terjalin dengan tanya jawab dan konsultasi yang dilayani Mbak Ratna dengan santai.
(Maklum kali ye? Pengalamannya udah nulis 9 novel loh!)
Mula-mula
Mbak Ratna memberikan tips-tips mendasar dalam menulis novel secara tekhnis.
Dibantu abangda Roby, slide per slide materi dibacakan dan dijelaskan. Ternyata
Mbak Ratna memang lebih nyaman dengan proses tanya jawab, selayaknya ngobrol dengan
sesama teman. Tentunya obrolan yang berisi: bagaimana sih caranya mulai menulis novel? Apa sih yang perlu dilakukan? Adakah tips-tips mujarabnya?
Baiklah
-ers! Di sini saya rangkumkan apa-apa yang disampaikan Mbak
Ratna tentang tips-tips memulai penulisan novel,
1. Pikirkan hal
terliar atau pertanyaan yang pernah terbesit di dalam ingatan.
Seperti
fenomena apapun yang berkeliaran liar dalam imaji-imaji tak terkendali. (Mbak Ratna memisalkan seekor kucing yang mitosnya
memiliki sembilan nyawa)
2. Setelah itu mulailah
kembangkan menjadi outline. (-diantara
outline tersebut, bisa dipecahkan menjadi bab per bab –misalnya: si kucing berhasil
berenikarnasi delapan kali, lalu yang ke sembilan dibuat tiga atau lima bab
kisah untuk memperjuangkan nyawa trakhirnya)
3. Rampungkan outline
tersebut menjadi rincian narasi atau dialog yang akan mengisi halaman-halaman
naskah yan diimpikan.
Mbak
Ratna menambahkan: satu-satunya cara untuk menyelesaikan novel adalah berkompromi
dengan otak sendiri. Karena banyak penulis yang akan dengan mudah mengalami writing block, moody atau kesibukan
yang menuntut. Salah satu tipsnya adalah perlakukan naskah yang sudah ada
seperti mengisi teka-teki silang dan menyisipkan jalinan ceritanya sesuai
outline.
4. Selanjutnya tinggal
mengembangkan naskah, semisal setting, penokohan atau jalinan cerita. Tugas lainya
adalah menggali informasi yang dibutuhkan agar bisa dikembangkan menjadi
sesuatu yang menarik. Seperti menghadirkan tokoh yang belum pernah dituliskan, content local atau issue oke.
5. Untuk teknik
penulisan, baik EYD, diksi atau karakter tulisan dengan sendirinya akan
terbentuk jika sudah rajin dan disiplin menulis. Ya jadi intinya itu.. bisa
jadi tumpukan coretan asal-asalan kita, jika diolah dan dikembangkan akan
menjadikan lembaran-lembaran novel yang diidamkan.
6. Dan tips terakhirnya
adalah menjadi sabar dan gigih mencarikan jodoh untuk naskah novel tersebut. Mencari
jodoh untuk penulisnya juga boleh #tsahh.
Mbak Ratna berpetuah, fase tersebut seperti penggemblengan yang penuh misteri. Ya, namanya juga perkara jodoh. Kadang
susah ditebak maunya apa. #eh
Suasana pun semakin
meriah dengan pertanyaan dari kru FLPers yang hadir. Hal
tersebut juga menjadi pemicu semangat Mbak Ratna untuk berbagi pengalamannya.
Mulai dari penggalian ide tentang imajinasi-iamajinasi liar, fantasi,
kreatifitas unik dan juga permasalahan penerbitan dan macam-macam penerbitan, SPP,
kontrak penerbitan dan serta pengalaman Mbak Ratna “mengasongkan” naskah novelnya.
Diskusi
pun dilanjutkan dengan simulasi langsung penulisan outline dan sinopsis novel
oleh masing-masing kru FLPers. Sesambil waktu obrol-obrol, satu dua kru membagi
ide-ide segar dalam khayali sinopsis bakal novel impiannya. Dan semuanya dibahas
Mbak Ratna dengan detail, mulai dari ide cerita, tips pengembangan outlinenya,
sampai sasaran penerbitan yang memungkinkan menjadi jodoh bakal novel yang
dimaksudkan.
Sungguh
pertemuann yang asyik. Dua setengah
jam rasanya tak terasa hingga azan dzuhur berkumadang. Dikusi pun ditutup dan diselesaikan dengan seksama. Dilanjutkan dengan penyerahan
cendramata untuk Mbak Ratna diwakilkan Kak Fitri dan foto bersama seluruh kru
FLPers yang berhadir.
Good job ^^ Mbak Ratna memang wuokeh dah
BalasHapusWokeh kakk, job Good :D
HapusSalaman dirumahku aja. Sekalian bawain gorengan :D
BalasHapus