Senin, 26 Januari 2015

Pertemuan Rutin FLP-SU Diajak Menulis Novel



Minggu pagi ceria, 25 Januari 2015 pukul 10.00 waktu orang Medan di rumah cahaya, saatnya kru FLPers berkumpul untuk agenda rutin mingguan. Agenda hari itu, mendatangkan seseorang yang mengaku ibu rumah tangga, entah biasa entah luar biasa. Beliau memulai dengan senyum dan tawanya yang renyah, serenyah peyek udang kecepe dengan sedikit sensasi rasa asinnya.
"Aduuh, grogi ah.. Malu saya, gak pede ah jadi pemateri"
Saya pun teringat dengan orang serupa, juga mengatakan hampir seperti itu. Ketika Ramadhan 2014 lalu, di seminar motivasi menulis yang bertema “Saatnya Jadi Penulis” yang diselenggarakan FLP Sumatera Utara di perpustakaan kota Medan. (ceritanya “dahulu kala” Awak belum jadi FLPers angkatan 6) :hoho.
“O, benar, beliau orang yang sama.”
Ternyata lagi lagi beliau menjadi pemateri tentang tips penulisan novel di hari ini. Kenapa beliau lagi? Kalau kata bang Roby: orang yang berhak menyampaikan hikmah (mungkin sebagai pemateri) adalah dia yang sudah mengamalkan ilmunya. Sip-markosip, udah cocoklah itu.
Beliau awalnya mengakunya sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak, karena nggak ada kerjaan beliau menjajal dunia tulis menulis. Gak kepalang, sudah 9 novel yang lahir dari rahim kreatifitasnya. Diantaranya: Loving Twice (2008), Lilia di Negeri Akraland (2011), Winter Heart (2013), Benci Tapi Cinta (2014), Aku Selalu Ada Untukmu (2014), Keris (2014), Penunggu Gunung Salak (2014), LoveU (2014), Akulah Malaikat hatimu (2014) dan konon akan ada novel berikutnya yang sudah diproses penerbitan, dan ada pula lagi naskah-naskah yang masih “diasongkan” beliau agar menemukan jodoh penerbitan yang pas. Alamakee. Beliau adalah Mbak Ratna DKS.

Awalnya Mbak Ratna “sempat” ogah-ogahan memulai diskusi. Berkisah suhu grogi yang disampaikannya, Mbak Ratna malah berhasil menyampaikan harta karun bertumpuk-tumpuk dari pengalamannya menulis novel. Apa lagi? 9 novel itu menurut saya harta karun yang amazing.
“Gimana sih caranya, kan begitu adanya pertanyaan kita?”
Diskusi pun terjalin dengan tanya jawab dan konsultasi yang dilayani Mbak Ratna dengan santai. (Maklum kali ye? Pengalamannya udah nulis 9 novel loh!)
Mula-mula Mbak Ratna memberikan tips-tips mendasar dalam menulis novel secara tekhnis. Dibantu abangda Roby, slide per slide materi dibacakan dan dijelaskan. Ternyata Mbak Ratna memang lebih nyaman dengan proses tanya jawab, selayaknya ngobrol dengan sesama teman. Tentunya obrolan yang berisi: bagaimana sih caranya mulai menulis novel? Apa sih yang perlu dilakukan? Adakah tips-tips mujarabnya?
Baiklah -ers! Di sini saya rangkumkan apa-apa yang disampaikan Mbak Ratna tentang tips-tips memulai penulisan novel,
1. Pikirkan hal terliar atau pertanyaan yang pernah terbesit di dalam ingatan.
Seperti fenomena apapun yang berkeliaran liar dalam imaji-imaji tak terkendali. (Mbak Ratna memisalkan seekor kucing yang mitosnya memiliki sembilan nyawa)
2. Setelah itu mulailah kembangkan menjadi outline. (-diantara outline tersebut, bisa dipecahkan menjadi bab per bab –misalnya: si kucing berhasil berenikarnasi delapan kali, lalu yang ke sembilan dibuat tiga atau lima bab kisah untuk memperjuangkan nyawa trakhirnya)
3. Rampungkan outline tersebut menjadi rincian narasi atau dialog yang akan mengisi halaman-halaman naskah yan diimpikan.
Mbak Ratna menambahkan: satu-satunya cara untuk menyelesaikan novel adalah berkompromi dengan otak sendiri. Karena banyak penulis yang akan dengan mudah mengalami writing block, moody atau kesibukan yang menuntut. Salah satu tipsnya adalah perlakukan naskah yang sudah ada seperti mengisi teka-teki silang dan menyisipkan jalinan ceritanya sesuai outline.
4. Selanjutnya tinggal mengembangkan naskah, semisal setting, penokohan atau jalinan cerita. Tugas lainya adalah menggali informasi yang dibutuhkan agar bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang menarik. Seperti menghadirkan tokoh yang belum pernah dituliskan, content local atau issue oke.
5. Untuk teknik penulisan, baik EYD, diksi atau karakter tulisan dengan sendirinya akan terbentuk jika sudah rajin dan disiplin menulis. Ya jadi intinya itu.. bisa jadi tumpukan coretan asal-asalan kita, jika diolah dan dikembangkan akan menjadikan lembaran-lembaran novel yang diidamkan.
6. Dan tips terakhirnya adalah menjadi sabar dan gigih mencarikan jodoh untuk naskah novel tersebut. Mencari jodoh untuk penulisnya juga boleh #tsahh. Mbak Ratna berpetuah, fase tersebut seperti penggemblengan yang penuh misteri. Ya, namanya juga perkara jodoh. Kadang susah ditebak maunya apa. #eh

Suasana pun semakin meriah dengan pertanyaan dari kru FLPers yang hadir. Hal tersebut juga menjadi pemicu semangat Mbak Ratna untuk berbagi pengalamannya. Mulai dari penggalian ide tentang imajinasi-iamajinasi liar, fantasi, kreatifitas unik dan juga permasalahan penerbitan dan macam-macam penerbitan, SPP, kontrak penerbitan dan serta pengalaman Mbak Ratna “mengasongkan” naskah novelnya.
Diskusi pun dilanjutkan dengan simulasi langsung penulisan outline dan sinopsis novel oleh masing-masing kru FLPers. Sesambil waktu obrol-obrol, satu dua kru membagi ide-ide segar dalam khayali sinopsis bakal novel impiannya. Dan semuanya dibahas Mbak Ratna dengan detail, mulai dari ide cerita, tips pengembangan outlinenya, sampai sasaran penerbitan yang memungkinkan menjadi jodoh bakal novel yang dimaksudkan.
Sungguh pertemuann yang asyik. Dua setengah jam rasanya tak terasa hingga azan dzuhur berkumadang. Dikusi pun ditutup dan diselesaikan dengan seksama. Dilanjutkan dengan penyerahan cendramata untuk Mbak Ratna diwakilkan Kak Fitri dan foto bersama seluruh kru FLPers yang berhadir.
Diakhir kata sebelum Mbak Ratna pamit pulang dia berpesan, "Tetap rajin nulis, ya". Sayang saya eggak sempat bersalaman, padahal dalam hati sudah membathin: semoga resep meracik novel ala Mbak Ratna bisa ketularan untukku. Untuk kita semua.
(Yik)

3 komentar:

  1. Good job ^^ Mbak Ratna memang wuokeh dah

    BalasHapus
  2. Salaman dirumahku aja. Sekalian bawain gorengan :D

    BalasHapus