Selasa, 25 November 2014

AKU, FLP dan MEREKA #2

11/25/2014 03:58:00 PM 0 Comments


Sepertinya saya harus bertanggung jawab dengan kisah AKU dan FLPers 6 yang ingin menyejarah

Asyiiiikkkk... sesambil senyum senyum cantik, gegap gempita saya sambut ketok palu terbitnya flayer “Open Recuitment Anggota Baru FLP SUMUT”. Dengan apresiasi bersemangat dan dengan bekal modem pinjaman, langsung deh.. download formulir, ngisi biodata, dan kirim langsung.
Pengiriman berkas beres. Nunggu-nunggu info lanjutan di tanggal 5 Oktober. Ternyata, Eh, pengumuman kelulusan berkas masih aman.

Selanjutnya proses seleksi tertulis dan wawancara dijadwalkan 11 dan 12 Oktober. Saat itu kan (deuuuh-,-) ... sebenarnya, saya dijadwalkan di hari Sabtu, tanggal 11 Oktober, sesi ke dua, di pukul 13.30. Malang benar saya (sedikit perjuangan yang dilebihkan). Lagi-lagi, saat itu, saya juga dalam posisi dilematun dengan jadwal, karena kesalahan teknis pada manajemen waktu yang pada hari itu amburadul. Hasilnya, saya tidak berkesempat hadir untuk sesi ujian dan wawancara. Menggalau-lah saya semalaman di malam minggu kelabu. Tidur tak nyenyak tapi makan makin lahap. Halaah.
Entah gimana mulanya, kok dapat ide untuk merayu panitia, dan lagi-lagi, Kak Putri berkontribusi “mengasyikkan” perasaan saya. Kesempatan kedua saya peroleh. Sesi ujian tertulis dan wawancara di hari minggu pukul 13.30. “Okelah, awak jadikan!” Namun yang terjadiiiiii  #nyanyi.... Lagi-dan-lagi, alasan klise emang, berpacu dengan waktu, bertaruh emosi pada supir angkot yang ..... aduuuuuh! (Sebenarnnya naik damri sih, tapi ya itu, tetap aja...... aduuuuuuh! hujan-hujan romantis jadi background perasaan saya. Sebenarnya memang hujan sih, deras banget malah.  Baju basah, sepatu basah, basah-basah-basah.

Sesampai di rumah cahaya udah pukul 14.00 aja , regitrasi ulang, dizinkan ujian dengan tidak ada tambahan waktu (sadar diri: siapa suruh telat, nikmatilah resikonya). Jadilah hasil centrang perenang dengan jawaban sekadar-kadarnnya. Jadi galau, merasa pesimis untuk lulus, diam-diam ajalah awak. Tapi, saat itu, sempat juga sih kenalan sama beberapa peserta perempuan yang juga lagi nunggu panggilan wawancara (esehh... diwawancara awak ahh). Agak lupa deh, siapa-siapa namannya, wajahnnya juga, dan sepertinya tidak saya jumpai lagi sewaktu inagurasi. Pada saat sesi wawancara. Kebagian giliran wawancara dengan bang Roby (Ahaiiide..Binje :D). Cerita propesionalitas dong, "Kenapa berminat daftar FLP, tahu FLP dari mana, mau ngapain di FLP, kegiatan, kesiapan berorganisasi dan kesiapan mengikuti inagurasi”. Saya sih yes, YES dan Oke". Pertanyaannya bg Roby saya “oke”kan. Setelah beres, bergegas dan pulang.

Jreng-jreeeeeeng. Kini tibalah... saatnnya kita kan inagurasiiiiii, huuuu   #nyanyi....
Sebelum inagurasi, kita-kita (yang katannya udah lulus seleksi berkas) harus hadir di rumah cahaya, tanggal 21 Oktober. Ngapai? Kurang ngeh juga sih, mungkin seperti temu rama-ramah gitu, pengumuman dan bahas proses akomodasi inagurasi, harus selesaikan tagihan. Oke, ternyata, dari 35 peserta yang dinyatakan lulus seleksi pertama. Hanya ada 29 peserta yang berkesempat mengikuti inagurasi (kok, saya kepikiran ya, sama 6 orang yang tidak berhadir inagurasinnya). Terlebih karena ada dua diantara 35 orang yang lulus, yang sudah saya kenal namannya. Ty Jihan: yang jadi rekan seangkatan di kampus dan Dek Azzam: yang saya kenal sewaktu belajar di Tadarus Sastra FLP.

31 Oktober-2 November 2014
Remainder:
Salam Pena, untuk seluruh peserta inagurasi anggota baru FLP angkatan 6 diharapkan berkumpul pukul 15.00 tepat, di Mesjid Jami' Sei Deli akan berangkat bersama menuju Pondok Cemara dan untuk yang berhalangan berhadir tepat waktu, silahkan berkumpul pukul 18.00 tepat di Rumah Cahaya.
deliver: 11.30. SMS dari Kak Putri FLP
*senyum semangat nak berangkat, packing udah selesai, perlengkaan pribadi selama 3 hari 2 malam, oke!.


Saat perjalanan, dalam Damri rute Binjai-Medan emang paling asyik curi kesempatan untuk tidur-tiduran. Modal meluk tas yang lumayan guede (untuk bantal kepala dan biar aman juga) sekitar 2-3 jam mungkin saya asyik dibuai damri yang melaju lambat di jalan raya. Masih dengan background suasana hujan yang menyisakan rerintik gerimis dan genangan air, saya diingatkan bang sopir karena sudah hampir sampai tujuan yang saya pesankan: kampus IBBI. Ketika saya lihat jam di handphone. HAHH?? jam 16.15?? belum sholat, dan belum sampe juga? astaga..... *nekuk kening*. Dalam pikiran, "pasti deh Awak di tinggal kloter 1". Ampuuun.... ehhh Ternyataaa.

Setibanya saya di Mesjid Jami' Sei Deli. Keberadaan angkot berwarna merah yang agak terlihat reot entah kenapa bisa menyegarkan mata, angkot itu sudah memasang sikap kuda-kuda untuk melaju dan berangkat. "Ehh..... sini siniiii.. aduhh lame ya." sambut Kak Putri. "Ayo segera Naik, langsung berangkat. Oke!”. Saya, dalam hati gak tenang karena belum solat, dan waktu sudah menunjuk pukul 16.40. "Ohhhmaii segeralah sampai"

--Di Pondok Cemara yang menjadi setting inagurasi angkatan 6 Forum Lingkar Pena Sumatera Utara.
Pembagian kamar untuk tiap peserta diumumkan di halaman Pondok Cemara, tentunya sebelum kami sembrono masuk untuk pilih lokasi sendiri. hehe. Nama saya, Sri Rahmadani terbilangkan dalam kelompok kamar 6 bersama .... saya tidak ingat sesiapa saja nama teman sekamar saya, hanya ada Kak Intan Mulina yang ternyata sudah masuk terlebih dulu dikamar 6. "Haii Kak, siapa kak namannya.. ya kenalan dong, masih mayu-mayu". Saya ingat kakak ini, sewaktu duduk bersebelahan dengan saya saat pembekalan di rumah cahaya. "eh, sekamar lagi?" Jodoh ini.
Tak lama setelah Magrib menjelang, kami kedatangan teman sekamar lagi. dia memperkenalkan diri sebagai Ulfa Hasibuan. "haah! ini dia ternyata orangnya. Saya sudah femiliar dengan namanya sejak ulang tahunnya di 2013". Ini ternyata Si Ulfa yang jadi teman dekatnnya teman saya. Hm, mulai sekarang bisa jadi temannya teman saya akan menjadi teman saya. Saya bilang lagi, "ihh, jodoh banget nih, Fa?" sambil ketawa minta persetujuan dengan gerakan "Give me Five."
Pembukaan Inagurasi oleh panitai di mulai ba'da Isya, kemudian lanjut materi sesi pertama: ke FLP-an, Visi dan Misi oleh bang Fadli Pratama. Cerita ini cerita itu, tanya dan jawab, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 kemudian panitia memberi suplay ingatan angin segar dengan menjanjikan agenda tukar kado akan segera dilakukan. Moment tukar kado yang di bungkus kertas koran dengan nominal harga minimal Rp 5000 pun terjadi begitu saja, hahah. Semua kado dikumpulkan dan diberi label nomor sesuai dengan kepemilikan sobekan kertas berisi nomor yang didapatkan setiap peserta. Saya dapat nomor 4 yang ternyata isinya gunting kuku. wah! :D

Sabtu pagi, di 1 Nopember, tepatnya pukul 4.00 wib pintu kami di ketuk dari luar. Ada Apahh? *gak pakai ekspresi lebay. Melaksanakan kebutuhan ruhani, kita-kita solat tahajud, lanjut tilawah sampai azan subuh berkumandang.
Yang menjadi memorabel pun terjadi, kami senam semangat. Iye, SENAM. Di pandu salah satu peserta  yang cukup meyakinkan dalam persenam-senaman. Seperti pemandu senam profesional.  
Pat Maa Namm Juhh, eaaakk... balas kiri Tu Wa Ga Pattt ....

Lanjutnya kami dapat jatah (*ceilehh jatah?) sarapan lontong kacang, enak bings. Isunya eksekusi kenikmatan lontong tersebut diketuain kak Kyo sebagai master chefnya.
Setelah sarapan kami diberikan waktu bebas sampai pukul 9.00 untuk lanjut sesi materi kedua: Ghuzul Fikr atau Perang Pemikiran oleh bang Anugrah Roby yang berlangsung mantap dengan pendalaman materi yang asyik dengan sesi tukar pendapat dan games sampan-sampanan, sampai waktu Dzuhur menjelang sesi kedua is over.
Sesi materi ketiga: Public Speaking oleh bang Sukma yang agak membukakan gagasan baru di kepala saya. Selepas Ashar kami kembali ke forum, sesuai instruksi pada instruktur bahwa kami harus menggelarkan pertunjukkan seni dan yang terjadiiii . . . kegalauan. Apalah artinya galau jika tak menjadi inspirasi dalam kreatifitas #tsahh..
Binggung ini bingung itu, masing-masing peserta sudah berada dalam kelompok yang sudah ditentukan panitia. Saya? Siiiie.. lagi dan lagi bersama dengan Ulfa bertakdir di kelompok 4 yang beranggotakan Safira, Sanah dan Pak Ketua. Tentang apa yang terjadi dalam proses kreatif memang menjadi mengasyikkan, alias kacau. Belum lagi penampilan saat pertunjukkan, kekeacauaan kami minimalisir dengan semangat yang saya katakan sama Ulfa, “udahlah Fa, hajar aja."

Waktu memang terasa berlalu begitu cepat ketika kita menikmati tiap-tiap detik yang terjadi. Pada malam minggu di Pondok Cemara #tsahh.. kami lanjut sesi materi keempat: Penulisan Non-Fiksi oleh Kak Nurul Fauziah. Berakhir di pukul 22.00 malam dengan bekal tugas yang harus dikumpul esok harinnya, yaitu meresensi buku. Oh iya, masih teringat oleh saya, nikmatnya puding berwarna ungu yang disuguhkan panitia. “Amboiii rasannya, suka Awak”.
Setelah kami kembali ke kamar, Saya, kak Intan Ulfa, Zizah dan selvi #eh Selli (dek Sel maafkan ingatanku yang tak cemerlang menyebutkan namamu dengan benar dekkk Selvi). Semalam suntuk kami bercecerita, saling bertukar penglaman, saling bertanya dan menjawab pertanyaan (yang berhasil mendekatkan rasa sayang dan peduli saya, ehm) dan tentunya sambil sekilas “berpura-pura” membaca buku untuk mengerjakan resensi yang tak kunjung mengilhami pikiran dalam bentuk tulisan.

Mungkin kami tertidur selama 2 jam saja, karena seingat saya, malam itu menjadi malam yang terlalu asyik untuk tidur lelap. Sedangkan jam 4 kami memang harus bangun untuk terus beraktifitas menuntaskan inagurasi. Ampuuuun... rasa ngantuknya di pagi itu, bertepat pula hujan-hujan mengundang. Gwt.
Show must go on, Setelah hujan mereda. Eaaaak.. senam lagi kita? Goyangkan kepala.. angkat tangan kanan.. Pat Maa Namm Juhh, eaaakk... balas kiri.. Tu Wa Ga Pattt ..... Dilanjutkan gemes seru-seruan yang berhasil mengusir kantuk tapi mendatangkan bencana kelaparan. Alhamdulillah, rejeki anak solehah, sarapan mie balab yang mancaaaap. Waktu sekitaran 30 menit untuk kembali ke forum menjadi tantangan, kami yang berdomisili di kamar 6 yang terdiri dari 5 orang harus membagi waktu seminimalis kewajaran di kamar mandi, plus dhuha juga. Aiih!!

Sesi Materi ke lima: Penulisan Fiksi oleh kak Fitri AB dan bang Cipta Arief. Berlangsung skimming tanpa proses tanya jawab, bersebab kendala waktu yang molor. Hm.. sesi dilanjut menuju pertunjukan seni. Sudahlah, semua yang ditampilkan sangat keren-keren untuk diingat, terlebih kelompok 4 yang nampil ngasal, untungnya pak Ketua bisa menggalokasikan strategi dengan apik, haha.
Siang menuju penutupan inagurasi saat itu, seperti langit tahu apa yang akan tejadi, ecek-eceknya perpisahan sementara. Lantunan nasyid dari Brother yang berjudul Untukmu Teman menjadi backsong yang mengharukan. Dipadu dengan lagu Doa Perpisahan, juga dari Brother.
Sambil bergandengan tangan, terdengar lirih suara-suara emas dari setiap peserta dan panitia, mendendangkan refrainnya:

Kini Dengarkanlah.. dendangan lagu tanda ingatanku.. kepadamu teman.. 
agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu.. 
Kenangan bersamamu takkan kulupa.. walau badai datang melanda walau bercerai jasad dan nyawa.......

Seakan langit pun telah mengerti, ikut terharu dan terhenyuh dengan lantunan emas kami. Langit pun menangis. Menitihkan bulir-bulir air yang terlalu bersemangat bertumpah-tumpahan.

Huaaaaa . . .

untuk semangat menulis.. untuk semangat berorganisasi.. untuk semangat keislaman.. 
FLP...  BERBAKTI, BERKARTA DAN BERARTI...!!!

*The End- sambil dengar lagu Untukmu Teman by Brother*

Selasa, 18 November 2014

As Felling : Ada Apa Dengan Cinta? (2014)

11/18/2014 11:43:00 AM 0 Comments
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu, untuk membalik masa

                                                                                      — Rangga

Tiing tung..
Pastinya banyak banget yang akrab dengan bunyi ringtone begitu.

Sebenarnya udah gatal banget ketak-ketik keybord ngomongin filim pendek yang lagi ng-hitssss banget. Berhubung laptop yang seminggu lalu lagi merajuk, sekarang ada kesempatan.
Apalagi coba?? Semoga akike gak jadi yang tercupu untuk menyampaikan:

"Jadi, beda satu purnama di New York dan di Jakarta?"

(andai Rangga ngebalas dengan) Pastinya dongggg, Cint...... Hahahha, semoga imajinasiku yang berantakan tadi tidak terjadi. Seorang  Rangga? HAH? NO!! Pecahkan saja gelasnya! HAHHA
Secara, aplikasi “Line” sekarang emang harusnnya lagi booming beneran. Apalagi coba? Yang teranyer sejak 6 November 2014, akun resmi Line Indonesia ngunggah filim pendek berdurasi 10 menit 24 detik yang berlatarkan kisah 12 tahun yang lalu, huaaaaa .... ADA APA DENGAN CINTA? (kini) 2014
Emang deh! Bisa banget, ini filim pendek emang buat nyess kebangetan. Biar dikata filim pendek, tapi kualitasnnya gak main-main. Kisahnya apalagi? Aduuuu... gak kuat deh, rasannya pengen terbang ke bulan (bukan karena  orang-orang di bumi gak asyik, tapi mau traveling aja #ngawur :D)
ADA APA DENGAN CINTA? masih buat jatuh cinteee. Masih tentang Rangga dan Cinta yang klop banget. Teman-temannya Cinta: Alya, Carmen, Maura, dan Milly. Ehmm, si Mamet juga yang untugnnya punya mobil (tapi, memet gak diajak di series 2014, haha ) dan pak Wardiman: yang masih perlu ng-eksis lagi gak ya?
Deuh, gak kuat banget deh, beneran selama 10 menit 24 detik gak kuat untuk tidak tersenyum. Gak kuat untuk tidak terlalu norak bermanyun-manyun. Gak kuat untuk tidak stalking info, download, dan untuk hal ini tetap gak kuat untuk tidak jadi yang terkepo. Ngampun. Jadi, ngerasa muda banget (emang masih muda, sih) as feeling ever green. sukaaaaaaaa deh. Ahh.. tapi gitu aja pun udahla, cukup dan gak boleh berlebihan lagi
*ngeyel__tapi, ini  qoutenya apik deh :D

Detik tidak pernah melangkah mundur,
Tapi kertas putih itu selalu ada.

Waktu tidak pernah berjalan mundur,
Dan hari tidak pernah terulang.
Tetapi, pagi selalu menawarkan cerita yang baru.

Untuk semua pertanyaan, yang belum sempat terjawab.


                                                                                                — Rangga & Cinta

 

Jumat, 14 November 2014

[Fiktif] Bersama Ceria #1

11/14/2014 11:09:00 AM 0 Comments
"Ce, apakah kau tidak ingin bertanya kepadaku?"
--ampun deh, kenapa pulak aku mau tanya-tanya samamu?
"Ce, bertanya sajalah. Segera!
--eee, yaudah..
--mau ditanya apa, tentang apa dan masalah apa maksudnnya?
"Tanya apa sajalah! *agak geram kali awak*
--Apa yang kau lakukan sekarang?
"gak ada, gak jelas"
--kegiatanmu apa sekarang?
"gak jelas juga, ada sih, tapi jangan sampai kuceritakan ironi pengangguran lepas deh.
--kasian ya..
"jangan berkasihan!
--OKE sayang!
"terus apa?
--apanya?
--oh iya, jadi kemana kita?
"pergi yok"
--yok, kemana?"
"pergiiiiiiii kemana.... langit mau bersahabat dengan kita, angin mau berhembus dengan ramah, matahari mau bersinar terang dan rembulan juga mau bersyahdu cahayannya, dan kedamaian menjadi milik kita, pemandangan lepas jadi milik kita juga.
--camping kita?
--ke Sibayak aja, yaa!
--boleh kan?! siapkan tas mu. Sabtu besok kita pergi!
 "Makasih Ce! masih kau ajalah manusia terasyik di dunia ini.
 --emang! :D


Keterangan:
Ceria adalah sahabatku yang setia. Dia bisa kusebut sebagai cerminan diriku atau juga jodohku.
Semoga dia selalu sehat dan bersemangat dengan mimpi-mimpinya.

lain waktu, akan kuceritakan lebih banyak tentangnya.

Rabu, 12 November 2014

Tentang Ayah

11/12/2014 10:48:00 AM 0 Comments

Bismillahirahmanirrahim... 
Robbanaghfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiroo.
 
Untuk Ayah yang “mungkin” sedang bersantai di kampung atau mungkin berlelah pikir tentang apapun yang Ayah mau.

Hari ini, bertepat dengan rindu-rinduku yang kian menebal. Bertambahlah beban hatiku tentang mereka yang mengatakan hari ini adalah “Hari Ayah Nasional”.
Aku membayangkan, akan begitu banyak anak-anak yang “merayakan” dengan ucapan-ucapan “Selamat Hari Ayah”, “Ayah adalah segalannya”. Terimaksih Ayah...” “Ayahku yang paling hebat, loveyou Ayah.

Ahh, rasannya . . . . ya hebat!

Terkadang, seorang Ayah lebih mengerti tentang anaknnya. Bisa tahu 'apa yang sepertinya' ingin dikatakan anaknnya.

Mungkin, Bapak tahulah tentang apa yang mau Nak Sri bilangkan, gak usah jadikan ini beban, Nak. Bapak tahu, meskipun, tetap saja, apa yang Nak Sri rasakan butuh aplikasi verbal, untuk jaminan, Bapak tahu itu, Nak, dan jangan tanyakan lagi sayangnya Mamak dan Bapak untukmu, Nak Sri. Bapak bangga semuannya.”... Ayahku yang mengatakannnya, lewat sms, ketika ceremonial wisudaku, seperti hadiah, yang entah kenapa nikmat sekali menemani senduku. Saat itu, sms menjadi pilihan, karena kami masih terpisah tempat duduk.
Dan waktu yang lain juga, bertukar suara menjadi pilihan kami.

“Assalamualaikum Bapak lagi apa?”
--Lagi di rumah, Nak Sri, baca koran.
“Udah Makan Bapak, apa gulainya? Ada sayurnya, gak?
--Udahlah, ikan laut, gak ada, malas kami makannnya.
“Aiih, enaknya..
--Ada masalah di rumah, Nak?
--Sehat Anak, Kan?
--Lagi dimana Sri?
--Jangan naik kereta yaa
--Jangan baca bukumu itu sambil tidur
--Makan nasimu pelan-pelan, 3 kali teraturlah
“.......”
Ayah selalu mengatakan hal yang sama, berulang kali, sampai aku menyerah dan menuruti “maunya”

Masih tentang Ayah.
Aku sangat rindu berdekat (lagi) dengan Ayah. Saat di rumah, mendengar cerewetnya yang kusukai -tidak hanya via suara, yang bahkan sekarang sering kubatasi-
Harusnya, sangat terasa jelas rinduku untuk Ayah. Meskipun tiap-tiap waktu masih mencoba menahan diri untuk tidak banyak melapor padanya, sederhannnya, aku ingin dia tenang dan masih percaya aku baik-baik saja. Yang tidak sederhana, Ayah itu "cerewet" melebihi Mamak. Jadi, karena memang sangat jelas untuk banyak urusan Ayah lebih mendominasi banyak perintah, untuk memerikan hasil padanya, aku masih kesulitan belajar mengatakan "Adek bisa, Pak" karena Ayah terus meragu. Ku pikir selalu begitu sikap seorang Ayah.

Hal yang berbeda akan terjadi, setiap waktu, jika Ayah ada di rumah. Aku akan sangat terampil berusaha bertameng alasan ampuh untuk diantarkannya untuk pergi ke suatu tempat (meski, sekarang aku lebih suka mengendarai kereta sendiri karena sudah bisa dan berani mengendarainnya).  Alasanku masih sama, sederhananya, aku rindu padanya. yang tidak sederhana, aku “masih” ingin bersandar dan memeluk punggungnnya ketika mengendarai keretanya, seperti dulu kecilku.
Hampir 6 tahun lamanya, bahkan sejak aku berusia 3 atau 4 tahun, ketika aku sekedar tahu ternyata “dibonceng Ayah naik kereta itu paling mengasyikkan”.

Selama 6 tahun bersekolah dasar, aku tidak pernah diantar ke sekolah, ya karena memang sekolahku dekat daerah rumah. Berkereta dengannya hanya bisa di sore hari, sepulang aku mengaji di madrasah- jika dia tidak sibuk dan aku juga tidak sibuk menonton tv. Namun, ketika umurku 13 tahun, saat menginjakkan kaki ke SMP, berlanjut SMA, aku selalu menjadi prioritasnya di pagi hari, ya, rutinitasnya pagi hari selalu dibebani dengan agenda mengantarku ke sekolah. Dihiasi desakan agar aku menyegerakan langkah yang dirasanya lambat. Ayah tak segan harus berteriak memanggil dari luar rumah agar aku melangkah dan bergerak lebih cepat. Ayah tidak suka aku terlambat sekolah (meski yang terjadi, aku terlalu sering untuk terlambat)

Dia lah Ayahku. Pria pemikir yang paling kucintai.  Pria perenung yang kukagumi. Pria yang cerewet, diplomatis, kaku, dan memiliki cara tertawa yang aneh dengan kuantitas minimalis. Ayah satu dari pembentuk pribadiku, yang selalu ingin bergerak cepat, seperti terburu-buru. Alasannya dari Ayah karena tak ingin aktifitasnya terhambat dan melambat karena terikat oleh orang lain. Sedangkan alasanku, dia mengajarkan begitu. 

Masih tentang Ayah. Ayah adalah guru berdiplomasi terbaik yang kumiliki. Ayah punya banyak koleksi buku berpidato dan khutbah -dulu ayah jagoan bahkan sampai sekarang.

Sampai aku menjadi Mahasiswa, dia masih setia menjadi “pengantarku” kemanapun aku akan pergi, meski tak jarang dia mulai membatasi, dan sedikit membentak karena keberatan dengan kebergantunganku padanya. Aku yakin itulah hati seorang ayah yang sebenarnnya. Ayah hanya “berusaha” berlaku tegas dan sedikit “keras”.
Entah mengapa, karena kebiasaan dan pemahamanku, aku selalu menganggap itu sebagai rasa kasih sayangnya. Aku selalu merasa semua ucapan-ucapan yang keras itu tak ubahnya sebagai bumbu penyedap yang menambah rasa mantap masakan, meski terkadang dapat menjadi boomerang bagi tubuh dan dapat menimbulkan efeksamping. Tentunya “penyedap makanan” itu adalah analogi sikap ayah bagi anaknya. Ayah sering memadukan jenis-jenis penyedap yang sangat bervariasi. Itulah yang paling ku suka dari Ayah. Aku sangat suka peyedap dari Ayah.
Ayah memang yang paling bisa.
Ayah Pahlawan.


#12112014
Selamat Hari Ayah :)
 



Selasa, 11 November 2014

AKU, FLP dan MEREKA #1

11/11/2014 11:05:00 PM 0 Comments


Ini tentang kisah yang (sepertinya) akan menyejarah.
Tentang AKU dan FLP-ers
 

Diawali, dari getar-getir gejolak yang mengusik diri. Laksana anak itik yang tersesat dan tak tahu hendak kemana dia pulang. Sejak tahun 2012, saya kelimpungan mensyurve wadah partisipasi dan kreatifitas, layaknya organisasi yang memiliki azas dan pondasi yang menjadi sarana pembelajaran. Simplenya, saya membutuhkan pengorganisasian.
  
Getar-getir yang dimaksudkan diawal yang menjadi pembuka diatas jua, menjadi alasan kedua. Alasan pertama adalah karena saya terlena dengan kepercayaan bahwa menulis adalah sebuah terapi. Saya sadari dengan pikiran terbuka, saya butuh terapi jiwa yang ampuh dilakukan dengan kesenangan pribadi.
Wah, serius amiiit deh, kaaaayaknya.... Hahaha.

2012, saat saya masih di semester 3, teringat dengan dosen telaah puisi yang juga (tentunya) bergelut dalam sastra, novelis dan manusia modren independen bernama pena Win R.G. Usut punya usut beliau menulari kami (mahasiswanya) untuk (lebih) mencintai sastra, dengan pendekatan fiksi. Saya yang saat itu takjim, bak pemburu bersenjata internet, tergugah menjadi mata-mata dengan profesi stalking "ilmu" kepenulisan yang dijadikannya (read:dosen saya) wabah.
Akan sangat panjanglah kelak tulisan ini, jika saya memberanikan pendetailan kisah yang tersirat. Singkat kata cerita, beliau menyebutkan keorganisasian menulis, tentang kisahnya, dengan novel kesayangannya Ketika Mas Gagah Pergi  buah pikir Helvy Tiana Rosa yang menjadi pendiri forum kepenulisan, adalah FLP.

Saya stalking jejaring medsos, search FLP, sejarahnya, pondasinya, para pelakunya dan proses rekrutmentnya. Dan kecewalah saya.

Lohh? Kecewa?
Iyala, saya ketinggalan kereta.. Haha. Kereta tak berkuda.

Di 2012, Saya dan FLP belum berjodoh, saat itu, yang saya temukan akun fb FLP SUMUT.
“Saya mah, ternyata, udah ketinggalan info!”.

Saya memburu infonya (sekitar) bulan Oktober, sedangkan open rekrutment angkatan 5 dilaksanakan sekitaran Agustus. Jadilah, telat sudah, sunggingkan senyum.
"Gak papahlah, belum berjodoh, FLP, kutunggu rekrutan 6 nya!"

Waktu begitu bermakna, sampailah kita pada kisah tahun 2014. # apaansih maksudnya? :D
Getar-getir tak tersampaikan saat dua tahun lalu terkoyak kembali,
"kapanlah fLp itu open rekrutment lagi sih, sombong banget siamat! Buat penasaran aja."

Angin berhembus, sapa disambut.
Here we go..... mari, kita mulai dari “nol” lagi ya

FLP SUMUT mengadakan program rutin di bulan Ramadhan: Tadarus Sastra.
Saya pikir, agenda tersebut hanya sebagai pengantar dan sarana publikasi FLP, prosesnya seperti melakukan relaksasi dan pemanasan, tanggal 6 Juli 2014, terselenggaralah seminar motifasi menulis, gratissssss di Perpustakaan Kota Medan jalan Iskandar Muda. Temanya “Saatnya Jadi Penulis!” dengan tagline “Ramadhan ini, Kamu harus bisa jadi penulis!!”
*aiiihhh rancak banna, brosurnya, warna ungu..... aduuuuuh tergoda Awak :D

Berteguh, maju mundur tak cantik, saya ragu-ragu cantik untuk menghadirinya. Posisinya, saya dalam situasi semesta yang sangat tidak mendukung, mestikung.
Kegalauan dalam ingatan pribadi yang saya rasakan (sepertinya) tidak layak publis (Hahaaaha) *ah biasa aja* lagi sakit aja kok, dapat vonisnya sih, badan meriang ulalala karena efek tumbuh gigi graham, gitu. *HAH! Sakiiiitnyaaaa kebangetan*

Tapi, apa mau dikata, rasa penasaran dua tahun yang lalu harus dibayar dengan tidak boleh ketinggalan info lagi!
Saya hadiri acaranya, pematerinya bang Anugrah Roby dan Mbak Ratna DKS. Mengupas tentang trik-trik kepenulisan, yang menjadikan saya merasa kekenyangan.
 

*Trantang teruntung....

Acara berlangsung 2-3 jam, sampai si MC yang saat itu adalah Kak Putri dan Kak Nurul, yang membuat atmosfir menyenangkan. “Asyik!” karena merasakan pemantapan perasaan dari kosa kata tersebut, dan karena "ilmu asyik" itulah saya ikhlaskan untuk mendaftar, ikut Tadarus Sastra 2014.
Selanjutnya, terjadilah seperti seharusnnya. Acarannya seminggu. Saya ambil konsentarasi fiksi, disesi gelombang 1, tanggal 7-12 Juli 2014.

Malangnya, kesempatan saya tidak berjalan mulus, saya tidak bisa berhadir di dua pertemuan akhir, yang saya pikir yang sangat menentukan, seperti kelulusankah (?) Hahaaa, ya enggak la, saya melewatkan agenda buka bersama di penutupan Tadarus sastra, dengan alasan, pertimbangan waktu dan "keberanian" saya untuk pulang terlalu malam. Saya membayangkan dalam posisi, pulang di atas pukul 19.00 atau lebih dari medan (read: lokasi rumah cahaya), harus naik angkot kosong atau penumpangnya dominasi laki-laki, sendirian (tidak terlalu jadi masalah), dan lebih diperparah lagi dengan ketiadaan angkot. *Ohh itu sangat menyebalkan.

Alhasil, saya tetap tidak berhadir, dan tidak terciptalah kesempatan memiliki sertifikat Tadarus Sastra.. (Oiiih, Kak Putt, kekira sertifikatnnya masih bisa di klaim, gak ya?)

Kayaknya udah kepanjangan benget deh ini kisah, rada pegal nulisnyya. “_”
Lanjut deh... sesi keduannya
Ketika itu, terbitlah flayer 


"Open Reckrutment Angkatan 6" di akun Fb-nya Kak Nurul (Ketua FLP)

dann  besok deh, lanjut kisah ini, kisah yang masih berharap menyejarah dengan baik.

Jumat, 24 Oktober 2014

tidak berjudul

10/24/2014 02:47:00 PM
terjadi sesuatu yang aneh, lagi dan lagi . . .

*241020144

Sabtu, 18 Oktober 2014

Hari Wisuda

10/18/2014 01:12:00 AM
Bismillah..

Di sesela waktu rehat yang harusnya raga berdamai dengan istilah istirahat.. sesedu-sedan dengan kondisi hidung yang berlumer cairan yang tidak membuat nyaman, tenggorokan yang gatal-gatal serta suhu tubuh yang mencoba normal. Ceritanya kondisi raga yang akhirnya meminta porsi perhatian, alhamdulillah... sekiranya dua tiga hari bisa menawar dedosa yang terhilaf dan terzhahir.

Sekilas ingatan, di sepuluh hari yang lalu...
ah, atau mungkin di duabelas atau tigabelas hari yang lalu, saat raga on fit maksimal menyambut Eid Adha Mubarak dan dagdigdung terhadap prosesi wisuda yang akan tergelar 3 hari kemudiannya.
Prosesi wisuda yang (karena euporia dari sekawan-kawan) mengannggap hari itu adalah salah satu prilal top of the top day for life.
*Ceiiilehhh.... jadi wisuda juga Awak ^_^


Begitula harusnya..
Apa jadinya jika wisuda yang digadang menjadi kenangan seumur-umur hidup, kisah yang diharap-harap berkesan ini mejadi moment yang justru sangat ingin terlupa dan terganti dengan kisah lainnya.
 ... sebelumnya, saya mengisi curahan hati dengan teman bergolongan darah AB, Rona, yang telah berkesempatan terlebih dulu merasakan bebannya menghadiri wisuda, yang baginya adalah hari dimana pengukuhan para pengangguran berjamaah.

Seadanya, perasaan saya, ketika prosesi wisuda terlaksana...
Pertama,saya harus banyak-banyak menahan diri tentang kestabilan cucuran air mata, dengan alasan bersedih karena ketidakmungkinan hadiranya Ibunda yang sedang traveling di alam yang berbeda.
Kedua, saya harus menahan kecewanya perasaan, dengan alasan bahwa saya sangat berharap didampingi dan dikunjungi oleh dua saudara kandung dan sahabat Geroters yang saya spesialkan.
dan ketiga, saya yang terus saja hingga sekarang menahan kecamuk perasaan.

Dibalik perasaan yang tak mengenakkan, selalu ada pilihan untuk tersenyum dan bersyukur, bukan begitu?


Bersama Ayah :) 
Ayah masih berkesempat dengan sehat dan semangatnya mendampingi gadis terdidiknya ini. Ayah juga berluang memberikan perhatian jaim dengan sms yang dikirimnya ketika selesai pengucapan ikrar wisuda diucapkan anak gadisnya. Beliau berpesan tentang doanya, cintanya, harapannya, dan nasihat yang kusadari menjadi hadiah terindah di hari wisudaku. Terbalas olehku dengan doa, cinta dan terimakasih yang menjadi ikrarku bahwa tiba saatnya aku benar untuk mengabdi. Iya, mengabdi untuk harapan yang ter-iya-kan. Sekarang dan seterusnya.


#8102014



Minggu, 05 Oktober 2014

Kusebut Rindu Saja

10/05/2014 09:07:00 PM

Pergi aku dalam ramai
adanya sepi
Pergi aku dalam sepi
adanya kemelut
penat rasa datang mengusut
nyaris menuntut

Entah aku kemana
Saat kurasa apa yang ada
Saat tak kurasa apa yang ada
Saat kutemukan apa yang ada
Saat tak kutemukan apa yang ada
sepi, sendiri ini, kusebut rindu saja

*5102014
 *Selamat Hari Raya Idul Adha :)

Selasa, 30 September 2014

Mahasiswa tingkat Akhir

9/30/2014 12:20:00 AM
Bismillah...

*baru kesempat, update kabar dengan blog...
kabar terbaru....
akhirnya... fase mahasiswa di tingkat pendidikan tinggi, jenjang strata satu sudah berlalu dan berkenan memberikan saya gelar S.Pd

-Kata Pengantar-

Ba'da syalawat dan syukur dengan kesehatan, keimanan dan kesempatan apa-apa, segala yang diharapkan dan tak diharapkan, selama mengisi dan menghiasi kehidupan yang berlalu dengan pemaknaan yang tak luput dari pembelajaran hati dan pikiran yang masih sibuk belajar untuk terus mencoba berdamai.


Terimakasih teruntuk  Allah SWT da Rasulullah yang memberikan  kharunia kemampuan dan kesempatan untuk belajar.
Terimakasih teruntuk Ayah dan Mamak yang sangat tercinta, yang selalu mendukung dengan semangat dan kasih sayang yang takkan usai -insyaAllah-
Terimakasih untuk Abang Awi dan Abang Pesal, yang tidak membantu secara langsung namun tetap berusaha untuk mengingatkan bahwa kalian masih ada untuk terus menjadi cerewet untukku.
Terimakasih teruntuk Dosen Kebanggaanku. Keidolaanku Papi Drs.Mhd. Isman, M.hum. yang bersedia membimbing dengan cara menakjubkan, yang selalu menjadi perhatianku di kampus. Saya akan rindu selalu nanti-nantikan sensasi transfer ilmu dan nasihat tak terucap yang Bapak berikan.
Serta terimakasih teruntuk sahabat dan semua orang yang berada dalam sekeliling lingkaran perjumpaan dan pertemanan di kampus. Sahabat moril dan Sahabat Asyikku, Rani.

untuk penghormatan diri, penghargaan hati, dan selingkup perasaan yang terjalin selama ini, semoga  menjadi pembelajaran yang bermakna untuk kesempatan lain yang akan saya mulakan lagi...

rangkai kisah #skripsi_behind the scene yang telah selesai....
* bergambar